• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Aku Seorang Ibu Yang Diintip

Tidak ada yang bisa memaafkan dengan apa yang pernah saya lakukan. Yang pernah kami lakukan, lebih tepatnya. Suatu perbuatan yang tidak terpuji, maksud saya adalah pembenaran dari suatu hal yang buruk atau mungkin hal yang menjauh dari kesucian, dari tindakan buruk yang pernah kami lakukan. Tapi pasti ada alalasan, pasti ada, pasti selalu ada konsekuensi dari suatu kelakuan yang buruk. Saya tidak meminta simpati dari para pembaca, tapi jika anda mempunyai empati dari cerita yang saya buat, saya harap cerita ini bisa membuat anda mengerti. Memang, alasan saya menulis cerita ini untuk mengklarifikasi dan sebagai motivasi dan kelemahan dan juga suatu kebutuhan yang didasari suatu kebodohan dan juga mungkin kesenangan dari sebuah hubungan sedarah kami, sewaktu saya menyetubuhi anak laki – laki saya.
Jika cerita ini memang terdengar klise atau sudah pernah di tulis, itu hanya disebabkan oleh kesamaan suatu keadaan prilaku Manusia. Namun cerita ini berdasarkan dari kisah saya. Robbie (pacarnya memanggilnya Robert, teman2 nya memanggilnya Rob, tapi aku tetap memanggilnya Robbie, anak laki2 ku yang sangat ku sayang) sekali lagi dia mengganggu privasi aku, sewaktu aku mandi. Yang ke-3 kalinya di dalam bulan ini. Dengan alasan sebelumnya bahwa adik perempuannya memakai kamar mandi kami yang lain, dan Robbie menjadi sangat benar2 cerdik dalam kenakalannya. (suatu alasan yang memang tidak bisa aku sanggah)

Saat pertama dia hanya buang air kecil, tapi dia lakukan dengan waktu yang lama, menggoyangkan penisnya, memasukan ke celananya dan menutup retsleting celananya sebelum dia berlalu. Memang seperti itu prosedurnya (kecuali memang karena harus melakukan sesuatu yang membutuhkan waktu yang panjang). Dia pernah menayakan kepadaku tentang sesuatu (tapi aku lupa tentang apa) dan pertanyaan itu membuat dia semakin lama untuk keluar dari kamar mandi, aku jadi curiga dia berusaha untuk melihat sekilas tubuh telanjangku dari balik kaca plastic yang buram, tetapi tetap bisa memperlihatkan lekuk tubuhku yang langsing diusiaku yang ke- 38 ini.

Aku harus mengakui dimana aku tidak bisa menyembunyikan diriku lebih jauh, sebagai anak laki – laki yang berumur 16 tahun dan sebagai remaja masa kini, pasti sudah melihat banyak sekali tubuh wanita yang sedang telanjang. Sudah pasti saat dia sedang kencan (dan jika beruntung) dia akan mendapatkan semua kejujuran dan kebohongan apa yang disimpan wanita, tentang suatu rahasia yang berada diantara kaki wanita, secara pribadi. Sebenarnya aku tidak berpikir lebih tentang niatnya untuk mengintip ku sampai nanti, setelah beberapa saat Robbie muncul waktu aku sedang menyabuni tubuhku. Saat itu juga aku langsung membilas tubuhku dari sabun, dan seketika itu juga aku tersadar dengan isyarat bahwa aku tidak sendirian dirumah. Suamiku sudah pergi ke kantor pagi2 sekali, lalu dimana Sally ? Aku berkata di dalam hati.

“ Maaf, Mam”, terdengar suara dari anak lakiku yang mempunyai tubuh lumayan atletis itu. “ Sally memakai kamar mandi yang lain dan aku sudah putus asa tidak tahan ingin buang air kecil, jadi aku masuk ke kamar mandi Mama”. Kata Robbie kepadaku, sambil membalikan badan ke kloset, dan duduk di kloset, setelah itu saya melihat bayangannya dari balik kaca penghalang plastic dia menurunkan celana boxernya dengan sekali gerakan “ Dia bilang mau buang air kecil, tapi kenapa dia duduk di kloset dan melepas semua celananya”, aku bergumam di dalam hati. Setelah aku perhatikan, suatu perhatianku kepadanya yang tidak terlalu khusus,”Mmm..”, aku bergumam yang gumaman ku mungkin agak keras dan bisa terdengar diantara derasnya suara air pancuran, dan aku tetap melanjutkan membilas badanku. Dan diluar ruangan shower, aku melihat dengan sudut mataku ada semacam rupa gerakan yang berirama, dan sudah bisa dipastikan itu adalah gerakan yang sangat familiar.” Sepertinya dia sedang menarik Penisnya, benar gak ya..Hmmm”, aku jadi sedikit penasaran. Aku tidak bisa menahan senyum kecilku, ternyata aku melihat anak lakiku secara diam-diam melakukan masturbasi di hadapan Mamanya yang sedang telanjang. Aku merasa seperti terngganggu tetapi juga merasa senang dalam waktu yang bersamaan, bingung sekali rasanya.

Yang membuat ku senang bukanlah sesuatu yang sedang dia lakukan. Tetapi Tubuh ku ini, setelah aku lihat2, aku bangga mempunyai tubuh yang bisa menjadi inspirasi bagi dia, itu yang membuatku jadi agak tersenyum nakal. Yang membuat ku merara terganggu dan risih adalah karena tidak ada tanggapan yang sesuai dari ku sebagai seorang Ibu, aku merasa bersalah karena aku tidak marah kepadanya. Tapi faktanya, malah membuatku seperti agak sedikit horny dan merasa berada di dalam keanehan yang eksotik, aku malah merasa sebagai penari striptis yang sedang tampil di dalam sebuah pelindung kaca.

Aku geser badanku dengan sedikit goyangan yang sexy, yang memperlihatkan lekuk tubuhku, dan aku mendengar meningkatnya tempo pergerakan genggaaman tangannya di penisnya. Di dalam sebuah gerakan tubuhku yang total tanpa aku merasa ragu untuk memperlihatkan bayangan lekuk tubuhku dari balik penghalang kaca platic yang buram itu, dan aku tidak tahu darimana ide ini datang seperti spontan saja mengikuti naluri, aku majukan perutku ke menghadap plastic pelindung yang tembus cahaya itu tepat disebelanya adalah muka Robbie yang sedang mengintipku secara langsung.

Dengan aku memajukan perutku agak menempel ke kaca tersebut, otomatis dia melihat bagian gelap di bawah perut Mamanya yang memperlihatkan seperti semak tipis yang gelap yang sedang disirami oleh siraman air dari shower, dengan gerakan tubuh ku yang naik dan turun perlahan secara berulang – ulang, dengan sangat benar-benar memprovokasinya. Menurutku gerakan itu cukup memberikan dia serangan mendadak ke psikisnya dan membuat dirinya berpikir untuk mengambil tisu sebanyak-banyaknya untuk menahan semprotan derasnya aliran sperma yang mengalir deras dari penisnya, agar tidak bercucuran di lantai. Pikiran nakal yang ada di otakku adalah, menginginkan dengan sangat untuk menghisap bagian vital dari anak lakiku itu yang sedang dimainkan olehnya dan melakukan hisapan ketika spermanya keluar bagaikan air mancur. “ Tapi dia adalah anak laki mu”, protes hati nurani ku, sambil aku membalikan badanku menjauh dari wujud bayanganya yang sedang memuntahkan sperma, tapi jariku sendiri malah menyentuh Vaginaku secara spontan. Menurutku, mungkin saat itu kami mempunyai pikiran yang sama, tentang ketidak senonohan/lancang mengenai diri kami masing2, berpikir dengan memutar imajinasi kami tentang keuntungan atau keburukan yang akan kita dapatkan. “Ibu dan anak sama2 mempunyai nafsu sexual yang tinggi”, pikirku.

Aku menunggunya sampai dia keluar dari kamar mandiku, dia terliahat seperti terburu-buru saat keluar dari pintu kamar mandi. Aku tidak tahu, apakah dia sebenarnya tahu apa yang sedang terjadi, sehingga dia keluar cukup tergesa-gesa, atau dia takut diketahui oleh diriku, (jika memang aku tidak tahu, tapi mengapa tadi aku tempelkan tubuhku,agar dia bisa melihatku di kaca plastik ini?) Tapi sayangnya akibat ketergesa-gesaannya dia telah melewatkan pertunjukan besar dari ibunya, yang ternyata diriku juga merasakan orgasme, tidak lama kira2 tidak sampai 30 detik setelah dia keluar dari kamar mandi. Dan menurutku itu sangat memalukan!! Dan aku mengakuinya kepada diriku sendiri sesaat setelah aku pulih dari nikmatnya orgasme kecilku. JIka dia bukan anak ku, mungkin aku sudah tergoda. Aku mengingat kembali tetang aksi masturbasi kita antara aku dan Robbie yang saling berbalasan tapi secara sembunyi dan aku mengingatnya satu persatu, aku membayangkan jika aku jadi Robbie atau pada diriku sendiri, seperti kejadian yang terjadi begitu saja dan memang tidak terencana tapi memang sungguh nyata, meskipun diantara kita sekarang sudah tidak di ruangan yang sama.

Sampai pada suatu kesempatan, Sally anak perempuanku pergi keluar rumah pagi2 sekali. Dimana menurut Robbie, Sally pergi untuk melakukan suatu kegiatan di luar rumah. Jadi kesempatan kali ini, bisa digunakan Robbie untuk mengintip lagi Ibu-nya yang sedang telanjang. Apakah aksi Robbie sebelumnya, merupakan suatu kelicikan?Akankah dia melakukannya lagi, dan apakah tanggapanku yang harus aku buat kali ini? “Ah, tidak, Jangan” tapi pikiran nakalku berbisik,” Ayolah, sayang, biarkan inspirasi erotis itu datang dan ada diantara kalian berdua”,hal ini bisa membuatku nakal lebih jauh, dan libidoku yang tinggi ini ingin merasakan sisi gelap dari sebuah gairah yang terlarang. Bagaikan seorang permaisuri di dalam novel-novel romantis yang tertarik kepada Pemuda2 nakal, dan membayangakan pemuda tersebut sebagai sumber obsesinya, dan gairah kupun kembali menyala.

Aku mencoba untuk menempatkan diri dan berpikir, jika aku berada pada situasi itu, aku masih belum bisa menemukan jalan keluar mengenai masalah ini sampai dengan 8 hari kemudian, sekali lagi privasi ku diserang. Tapi kali ini, sesaat setelah aku selasai mandi dan bersiap untuk keluar dari kamar mandi, sebelum Robbie menyelesaikan aksinya. “ Upsss...!!”, kataku. Robbie, berdiri diatara aku dan handuk besarku yang masih tergantung di gantungan pintu kamar mandi, dan aku kembali masuk kedalam ruangan shower , lalu aku berkata “ Hey, sayang..tolong berikan handuk Mama, yang warna merah jambu, lempar saja handuk itu dari atas!! “

Saya melihat gerakan bayangan penisnya dari bayangan kaca plastik pelindung, sewaktu dia melemparkan handuk kepadaku. Aku segera memakai handuk dengan melilitkan kebadanku, dan aku segera keluar dari ruangan shower.

Sewaktu aku keluar, perasaan ku seperti meleleh. Aku melihat Robbie dengan celana pendeknya, yang sudah siap dengan ujung penis yang sudah terlihat keluar dari celananya. Handuk kecil yang ada ditanganya tidak terlalu lebar untuk menutupi penisnya, dari situ aku mulai mengerti. Anak laki – laki ku menatap dengan berani kearah tubuh ibunya. Dia menjulurkan tangannya ke penis untuk membetulkan posisi penisnya agar lebih nyaman. Dan dia mulai mengocok Penisnya di depan diriku, namun itu hanya asumsi ku saja mungkin apa yang ku lihat adalah salah, dan aku akan mencoba memikirkannya nanti. Saat pertama kali kami menggunakan kamar mandi bersama, mungkin dia terlihat seperti kejadian yang tidak disengaja, tapi lama kelamaan dan kali ini, dia lebih berani dan mempunyai maksud tersembunyi, dan sekarang, dia melakukannya secara nyata di depanku.”Sudah keterlaluan, menurutku” dan spontan aku langsung menampar mukanya dengan keras.

Akibat tamparanku, Robbie sangat kaget, dan akupun juga kaget, mengapa aku menampar Dia, aku agak sedikit merasa bersalah. Terlihat dari muka Robbie yang sangat kebingungan dan sangat sedih. Aku tahu bahwa mungkin aku telah salah bertindak, dengan tidak melihat situasi dan kondisi. Melihat kebingungan dan ketakutannya, sikap keibuanku pun mulai keluar, dan aku jadi tidak memperhatikan mengenai keadaanku sekarang yang sudah mendekati telanjang, hanya berbalut handuk merah jambu, tapi aku tetap acuh dan melupakan keadaan ku sekarang yang hanya berbalutkan handuk, aku langsung memeluknya dengan pelukan erat seorang ibu yang sangat sayang kepada anak laki-laki nya. Penisnya yang tadi berdiri tegak dan keras, menjadi agak lembek beberapa saat, tapi mukanya secara tidak langsung menempel pada payudaraku, karena dekapan pelukanku yang erat kepada dirinya.

Aku merasa menjadi sangat buruk di mata Robbie, dan aku ingin memberikanya suatu ganti rugi untuknya. “Oohh Robbie anaku sayang, maafkanlah Mama sayang, Mama tidak bermaksud untuk menyakitimu, soalnya Mama sangat kaget ketika membuka pintu shower, kamu sedang bermasturbasi dengan mengintip Mama, dengan melihat tubuh Mama yang sudah tua ini”.

Robbie hanya terdiam, dengan mengeluarkan sedikit air mata, dengan tetap meneruskan pelukannya pada tubuhku dan terus menyandarkan kepalanya di Dadaku. Aku coba mengatakan kepadanya, agar kejadian ini tidak dianggap sebagai hal yang serius, dengan mengatakan,” Adakah yang Mama bisa lakukan untuk mu, agar kamu bisa melupakan kejadian ini, sayang?” , “ Apa yang bisa mama dapakan untuk bayi Mama ini, apakah kamu mau yang special dari Mama? Ayo, bilang ke Mama, Sayang!!!”

Sewaktu aku sedang membujuknya, aku merasakan Puting susuku yang sebelah kiri seperti dihisap. Ternyata setelah aku melihat kearah Payudaraku, Robbie telah berkata dengan tersirat melalui aksi mulutnya, apa yang dia inginkan dariku. Apa yang bisa dilakukan lebih, dari seorang ibu kepada anaknya kecuali menyusuinya, meskipun anaknya sudah berumur 16 Tahun. Hati dan perasaan ku seperti menabur rasa kemurnian kasih sayang dari seorang ibu untuk anaknya melalui bagian tubuh yang sangat intim, yaitu putting susu ku ke Bibir Robbie. Rasanya aku ingin memelihara kedekatan fisik, tubuh kami antara aku dan anak ku, sebagai moment yang manis. Sama seperti saat Robbie masih bayi. Tapi dengan bertumbuhnya kedewasaan diantara kami, pasti akan menimbulkan image yang buruk.

Aku merasakan Penisnya mulai mengeras dan berdiri tegak kembali, dan artinya hisapan di Puting susuku terasa bukan hisapan yang kekanak kanakan, tetapi dengan mengerasnya Batang penis Robbie, memperlihatkan bahwa dia sedang berada di dalam samudra gairah yang tak tertahankan!! Gelombang gairah itu pun akhirnya juga menerpa dan mulai merasuki ku, dan aku mulai terangsang sangat hebat, sikapku pada saat itu mulai berubah dari seorang wanita yang sangat keibuan menjadi seorang Ibu yang sangat menginginkan bercinta dengan seorang pemuda yang umurnya terpaut jauh lebih muda dariku (MILF). Saya mulai merasakan telapak tangan Robbie, meluncur turun kebawah perutku dan jari2nya menuju kearah lipatan vertikal ku yang ditumbuhi bulu halus, yang memang sangat aku rawat, dan sekarang vagina ku sudah mulai basah oleh cairan kewanitaanku, karena rangsangan yang hebat yang aku rasakan dari rabaan jari – jari Robbie. Dia pasti tahu dengan apa yang dia lakukan kepadaku dan akan membuatku menggeliat, dimana tangan kanannya meyeruak masuk kedalam Vaginaku dan jarinya memainkan bagian yang paling tervital di tubuhku, jarinya mulai memelintir dengan halus klitorisku, dan aku merasakan aliran darahku yang deras berdesir ke seluruh tubuhku, suatu kenikmatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, aku merasa seperti melayang jauh tinggi ke awan. Yang kurasakan ini mungkin karena, Anaku sendiri yang membuatku jadi begini, memang rasanya terasa sangat jauh berbeda , saat aku melakukan ini dengan suamiku.

Tanpa sadar aku terus memajukan pinggulku untuk penetrasi ke dalam sentuhannya jari2nya, kami lakukan ini dengan sanagt perlahan, dan aku sangat menikmatinya. Robbie memindahkan mulutnya untuk menghisap puting ku yang satu lagi, dan jari dari tangan kirinya tetep menusuk kedalam liang vaginaku, sambil kadang memencet klitorisku dengan lembut, dan aku rasakan sisa jarinya yang masih diluar liang vaginaku meraba bibir anusku dengan nakal, kadang dimasukan atau menggesek gesek bibir anusku. Aku mulai merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang terjadi saat itu, aku sangat yakin bahwa aku tidak mempunyai kehendak untuk menghentikan cekramaan dari rangsangan gairah nafsu yang sedang membakar kami berdua. Yang terjadi malah aku mencengkram Bantang penis anaku yang mengacung tinggi dan keras, yang selama ini anaku pamerkan kepadaku tapi aku acuh tak acuh, dan aku merasakan kekuatan dari seorang lelaki yang mempunyai nafsu seperti binatang. Semakin aku berpikir liar, dan aku semakin terangsang sangat hebat. Sentakan dari desiran darah di dalam adrenalinku merasuki sistem pertahanan tubuhku, dan aku dibuat sangat lemah karenanya, aku sudah melupakan kejadian saat aku menamparnya tadi. Dan aku merasakan lututku mulai melemah.

Robbie mengetahui bahwa memang pertahananku sudah runtuh, dan dia juga tahu bahwa ibunya sudah pasrah dengan rangsangan dari kenikmatan siksaan yang dia berikan dan dengan mudah dia membaringkan tubuhku ke lantai. Karpet berwarna merah muda pekat, dengan bahan kain sedikit berbulu, melapisi lantai kamar mandi utama kami, dan menjadi bantalan yang empuk dah halus yang memang tepat sekali untuk alas bercinta yang sangat indah, aku merasa badanku seperti perlahan melayang jatuh saat tubuh telanjangku terbaring, lebih tepatnya dibaringkan diatas bulu2 halus di karpet itu dengan dibantu oleh Anak lakiku tercinta yang kuat dan sangat tampan. Setelah tubuhku terbaring di lantai, Robbie langsung memeluku, aku berada di bawahnya yang juga menyambut pelukan itu dengan langsung mencium bibirnya dengan penuh gairah yang tertahan untuk diledakan, aku merasakan mulut Robbie dan merasa anaku ini juga ingin di explor olehku,lidahnya menelusuri tiap inci dalam mulutku, baru kali ini aku merasakan tentang Robbie anak laki2 ku yang ternyata sangat hebat dalam bercinta. Aku sempat terpikir, dengan apa yang sedang terjadi sekarang, dan dampak apa yang terjadi setelah kejadian ini, dan lama kelamaan bersama dengan desiran angin asmara diantara aku dan Anakku, pikiran itu hilang terbawa gelombang kenikmatan surga yang datang menerpa diriku dan aku merasa seperti tubuhku sedang melayang terbang jauh menuju sebuah Bintang yang memberikan harapan tentang kenikmatan suatu keintiman Seks yang indah yang mungkin akan aku rasakan dan diberikan oleh anaku sendiri.

Diriku semakin haus akan kepuasan, bukan saja haus melainkan aku sudah sangat merasakan lapar akan kenikmatan Bercinta, aku sudah sangat basah, aku sempat berpikir biarlah aku Hamil dari anaku sediri, semua sudah kepalang basah, yang penting aku hanya mau kenikmatan itu, aku arahkan agar Robbie untuk segera memasukan batang Penisnya yang lumayan besar itu untuk segera menerobos masuk ke dalam Vagina ibunya yang merah merona dan merekah yang sudah sangat banjir akan cairan2 kewanitaan. Aku mulai menggenggam lengan atas Robbie, dan merasakan otot bisep dan trisepnya yang semakin membuatku bergelora, dengan ketelanjangan kami berdua, aku merasakan bersatunya tubuh dan badan kami antara ibu dan anak, dengan sensasi yang benar-benar luar biasa, merasakan kulit ku bersentuhan langsung secara penuh dengan kulitnya tanpa adanya batasan dan halangan dan kami lakukan dengan tanpa ada rasa tabu diantara kami. Tubuhku sudah mendekap erat tubuhnya dan memperlihatkan suatu buaian – buaian kasih sayang dengan penuh nafsu dan rongrongan birahi. Aku menjadi birahi kepada anak lakiku, sangat dan teramat sangat, sehinggap Robbie dapat dengan mudah membuat serapat mungkin tubuhnya kepadaku agar dia dapat lebih leluasa untuk menentukan posisi yang nyaman untuk menyetubuhi ibu kandungnya sendiri, yang mungkin terkesan kuno tapi klasik dengan cara bercinta lelaki diatas perempuan. Dalam situasi berciuman kami yang penuh dengan hasrat dan birahi, aku bisa merasakan Penisnya mulai menyodok dan mulai mendorong mencari lubang Vagina ibunya sendiri yang memang sudah basah, banjir oleh cairan yang licin dan lengket yang sudah siap untuk diterobos masuk, pintu kenikmatan surgaku seperti diketuk sudah siap kubuka, kenikmatan surga duniawi yang penuh dengan dosa, tapi sangat indah dan luar biasa, Surga duniawi sudah menunggu kami, dan kami berdua siap melayang terbang kesana menggapai kenikmatan yang terbalut dengan indahnya dosa. Birahi kami sudah sangat tidak bisa kami tolerir. Tiba-tiba aku merasakan suatu sensasi yang sangat sulit untuk diungkapan, tanpa tuntunan tangan ku ternyata penisnya telah menyeruak menerobos masuk dengan hentakan nafsu binatang seorang anak Laki2 dan terus mendesak terpompa semakin dalam dan semakin dalam ke liang Vagina ku, dengan ukuran besar dan panjangnya penis anaku aku sedikit merasakan agak ngilu pada bibir Vagina ku, tapi rasa sakit dan ngilu itu terhapuskan oleh buaian gelombang nafsu birahiku yang sedang berkobar, dan aku merasakan suatu sensasi nikmatya dari suatu hujaman yang bisa menggapai rahimku, dimana kesucianku sebagai seorang ibu telah terengut dan dirampas oleh anak kandungku,yang selama ini hanya aku khususkan untuk suami ku tersayang, dengan jujur aku katakan aku menikmati terengutnya dan terampasnya kesucian ini, kesucian dari sebuah Vagina, sebuah rahim seorang ibu yang bisa menghasilkan sumber kehidupan dan benih dari suatu kehidupan baru.

Penetrasi demi penetrasi kami lakukan bersama, suatu dorongan, desakan dan hujaman demi hujaman Penis anak ku kedalam Rahim tempat dimana dulu dia dikandung. Penetrasi itu menimbulkan setruman setruman, yang secara intensif dari setiap gerakan didalam persetubuhan fisik kami dalam suatu hubungan sedarah/inces, yang termotivasi lebih dari suatu pengorbanan ungakapan cinta dari sepasang manusia. Hujaman Penisnya keluar dan masuk seperti itu berturut turut kedalam Vaginaku, dan aku dengan sangat senang menerima hujaman tersebut ke dalam vaginaku, pasti kami merasakan rasa persetubuhan yang sama indahnya, suatu sensasi kepuasan yang belum tentu bisa di gapai oleh orang lain. Kenikmatan dari persetubuhan yang nista ini bagaikan binatang yang tidak mengenal ayah ibu atau anak, yang terpenting adalah kepuasan, aku merasa menjadi seorang yang primitive seperti tidak ada laki2 lain di dunia ini yang bisa memberikan aku kepuasan tanpa batas, erangan demi erangan kami lakukan, desahan demi desahan, dan jeritan jerita kecil yang ku ungkapan ke telinga Robbie membuatnya semakin Liar menghujamkan penis besar dan panjangnya itu sedalam dalamnya kedalam liang Vaginaku sehingga aku merasakan sodokan pada rahimku. Basahan dari keringat kami berdua yang membasahi sekujur tubuh kami, menimbulkan suara tepukan yang terdengar sangat dramatis, setiap tepukan dari bagian tubuh kami dari kulit yang basah oleh keringat, pertemuan antara selangkangan ku dengan selakangan Robbie yang menimbulkan suara tepukan dipadukan dengan nikmatnya Sodokan, dan jeritan, sangat sulit diungkapkan. Yang pasti sangat nikmat. Tubuh kami terkunci dalam suat dekapan erat yang tak terlepaskan, dadanya medekap dadaku sehingga payudaraku tergencet dan tertumpah menyembul ke samping diantara badanku dan dia, pinggul dan pahanya menghantam pinggul dan pahaku naik turun dengan sangat perlahan tapi pasti dengan nafsu birahinya kepadaku, dengan erat aku cengkram kedua pantat sexy anak ku, membantu mendorong membuat hujaman2 keras dan sedikit kasar untuk Vaginaku, gerakan yang sangat bermanfaat dan membuat kami seperti terbang bersama sesaat, merasakan hujaman demi hujaman yang dia lakukan terhadapku.

Aku mulai menantikan dengan waswas dan hati berdebar tapi sangat menginginkannya juga, aku sangat menyukai disaat saat seperti ini dimana aku rasakan sebuah penis yang besar keras dan panjang akan menyemprotkan sperma di dalam Vaginaku, penisnya sudah mulai berdenyut dengan hebat,dengan denyutan penisnya itu pun aku juga mulai merasakan hal yang tak akan pernah kurasakan di di dalam hidupku, bahwa nafsu birahiku terpuaskan oleh anak kandung ku sendiri, Suatu sensasi yang memang sangat luar biasa, sepertinya aku juga akan mengalami oragasme. Sengaja aku tahan oragasme ku agar Aku dan Robbie dapat bersama menikmati Nikmatnya Suatu dosa hubungan sedarah antara ibu kandung dengan anak kandungnya. Robbie memiliki Penis dengan batang dan kepala yang cukup besar, saat dia melakukan hujaman yang kali ini cukup terasa keras bagiku, tiba-tiba Robbie diam mematung seperti membeku, badannya bergetar menahan suatu kenikmatan yang selama ini dia impi-impikan, Aku rasakan Penisnya seperti terkunci tertelan sangat dalam di vaginaku dengan kepala Penis berada jauh di dalam rahimku, aku melihat wajahnya yang tampan dan kedewasaan mulai tergambar dari raut wajahnya yang mungkin nanti menjadi Ayah dari anak yang akan ku kandung ini. Akhirnya hal yang kutakutkan terjadi aku terlambat mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku, tapi disatu sisi aku merasakan sensasi nakal yang menjalar di tubuhku yang ingin merasakan rasanya jika dibuahi oleh anak kandung ku sendiri, Robbie melenguh dan mendesah hebat Penisnya menyemburkan sperma di Rahimku tempat dimana aku mengandungnya, semburannya berkali kali sangat kencang terasa, dan saat itu pula aku merasakan Vaginaku juga berdenyut keras dan aku menjerit histeris karena merasakan Orgasme yang selama ini belum pernah aku rasakan, karena sensasi persetubuhan sedarah ini, aku merasa seperti terbebas terbang, aku orgasme sangat panjang dan lama seiring dengan keluarnya sperma Robbie yang menyembur di dalam Vaginaku. Terasa hangat basah, gemericik, sedikit lengket pada selangkangan kami yang menempel terkunci satu sama lain, dengan aku menyilangkan kakiku pada pinggang Robbie.

“ Mam, aku mengeluarkannya di dalam...maaf”, ucapnya dengan nada datar, takut aku hamil, tapi dia puas tanpa ada penyesalan. “Ya Tuhan, Robbie...Kamu membuat orgasme terpanjang dan terbaik dalam hidup Mama, dan Mama sangat menikmatinya”, itu yang aku katakan kepadanya. Kami mengalami klimax persetubuhan sedarah yang sangat indah, terdengar tabu tapi faktanya indah dan luar biasa.

Spermanya perlahan lahan mengalir keluar dari dalam Vagina ku, bercampur dengan cairan kewanitaan ku, spermanya sangat banyak, dan aku yakin dia sehat dan pasti spermanya juga sehat.Hamilkah diriku? Apa yang terjadi, menjadikan kami ketagihan akan hubungan rahasia yang sangat penuh dengan dosa, aku akan menjalani hubungan ini dengan caraku, dan aku tidak akan pernah menyerah.

Memang seperti yang aku katakan di awal cerita ini, perbuatan ini pasti tidak bisa di maafkan, apa yang kami lakukan pasti akan ada kosekwensinya, aku tahu itu dan aku mengerti. Tapi disaat Robbie ada disebelahku, dan waktu kami melakukan Dooggie style, atau jika aku berada diatasnya layaknya wanita penunggang kuda, atau di manapun kami menumpahkan cairan kenikmatan itu, semuanya mengandung resiko yang sangat tinggi, ketahuan oleh suami atau orang lain tentang hubungan sedarah kami, atau aku hamil. Tapi aku, kami bersuha secantik mungkin agar semua itu tertutup dengan rapih, dan sepintar mungkin agar aku tidak mengandung benih dari anak ku sendiri.

Singkat kata,” Waktu aku tahu Anak lakiku masuk kedalam kamar mandi, untuk mengintip Mamanya yang sedang Mandi, dan menawarkan suatu permainan yang beresiko tinggi, AKU TIDAK BISA MENOLAKNYA”!!!
Share:

Karena Mirip


Aku akan bercerita mengenai suatu penggalan kisah dalam kehidupanku. Namaku Ajang, sekarang usiaku sudah 30 tahun, aku sekarang bekerja sebagai manajer keuangan di salah satu perusahaan besar di Singapura. Aku mempunyai seorang isteri bernama Wanda yang berusia 47 tahun dan lima orang anak, 2 laki-laki dan 3 perempuan. Walaupun isteriku lebih tua, namun ia tetap cantik. Isteriku kulitnya putih dan memiliki bentuk tubuh yang semok atau bahenol. Ia gemuk di tempat-tempat yang strategis, seperti di dada, pinggul dan paha. Perutnya tidak buncit, melainkan sedikit gemuk karena sudah beberapa kali melahirkan. Cerita ini adalah cerita singkat mengenai bagaimana aku berhasil mendapatkan Wanda sebagai kekasihku dan akhirnya menjadi isteriku dan ibu dari kedua anak-anakku.
Sebelum menjadi kekasihku, Wanda adalah isteri orang. Aku dapat dikatakan sebagai orang ketiga, penghancur rumah tangga orang. Dan yang lebih hebat dari itu, lelaki yang berhasil kuambil isterinya adalah ayahku sendiri! Ya, Wanda adalah ibuku. Bukan ibu tiri, melainkan ibu kandung yang melahirkan aku dari rahimnya sendiri. Bagi orang kebanyakan, apa yang aku lakukan pasti dipandang sebagai sesuatu yang tidak pantas, bahkan salah besar karena itu adalah sebuah dosa. Tetapi, aku hanya melakukan ini semua demi mengikuti kata hatiku.
Semua ini terjadi adalah karena sebuah kecelakaan yang terjadi ketika aku berusia 16 tahun. Pertama kali aku harus menggambarkan keluargaku, namanya Tedy. Ketika aku berusia 16 tahun, ayahku berusia 48 tahun. Ia adalah salah satu pedagang emas di Jakarta. Ia menikah di usia yang cukup tua, yaitu 31 tahun. Ibuku saat itu berusia 16 tahun, lulusan SMP yang bahkan tidak masuk SMA. Ibu adalah anak dari supir ayahku. Ketika ayahku melihat ibuku, ia langsung jatuh cinta dan meminta kakekku untuk menikahi ibuku. Kakekku senang sekali dapat naik status jadi mertua bossnya sendiri, sehingga terjadilah pernikahan itu.
Keluarga kakekku adalah keturunan tinggi besar. Kakekku sendiri tingginya 180 cm. Sementara ibuku, saat aku berusia 16 tahun itu tingginya 170 cm. Ayahku sebaliknya, tingginya hanya 160 cm saja. Bagusnya ayahku tubuhnya biasa saja, tidak gendut dan tidak kurus. Lucunya, saat itu, walaupun usiaku 16 tahun, tapi perawakanku mirip sekali dengan ayah apalagi suaraku juga mirip dengan ayahku. Sehingga, bila ada orang melihat aku dalam kegelapan dan mendengar suaraku, terkadang suka salah mengenaliku sebagai ayah. Tetapi, bila orang melihatku di dalam ruangan yang terang, tentu langsung tahu, karena mukaku lebih mirip ibu. Inilah hal yang sebenarnya menjadi pokok permasalahan dalam cerita ini. Karena kemiripanku di dalam kegelapanlah terjadi suatu kecelakaan yang nikmat di rumahku.
Dari kecil aku tahu ibu adalah wanita cantik. Tubuhnya tinggi dan cukup langsing, hanya pinggulnya saja besar karena melahirkanku. Namun bagusnya, karena anak ibu hanya satu, maka tidak ada perubahan lain lagi di tubuhnya. Berkali-kali aku melihat lelaki melihati ibu dengan terbelalak saat aku menemani ibu berjalan-jalan, entah ke pasar, mall atau ke mana saja. Wajah ibu yang cantik itu dikarenakan paduan mata lentik, hidung mancung, pipi tinggi dan mulut yang tipis namun agak lebar, dihiasi rambut setengah punggung yang ikal, bergelombang di daerah leher ke bawah. Sementara, dadanya sangat menonjol di balik pakaian modisnya. Namun, selama aku kecil sampai aku berusia 16 tahun itu, belum pernah ada sedikitpun pikiran kotor mengenai ibu.
Sampai ketika suatu saat aku pulang ke rumah hampir tengah malam. Aku baru saja pulang dari bermain bilyar. Sebenarnya aku sudah ijin untuk menginap di rumah teman, tetapi ternyata teman-temanku membawa obat-obatan terlarang. Aku baru mengetahui hal itu ketika aku sampai di rumah teman-temanku setelah bermain bilyar. Ketika salah satu temanku mengeluarkan alat suntik, aku menjadi marah dan bertengkar dengan mereka, lalu aku memanggil taksi untuk segera pulang.
Rumah kami besar, bertingkat dua. Kamarku sebenarnya berjauhan dengan kamar orangtuaku. Kamar kami berada di lantai dua. Kamarku di bagian belakang, dan kamar orangtuaku di depan sehingga langsung berhadapan dengan teras atas rumah. Untuk ke teras, aku harus melewati ruang keluarga di mana sebelah kirinya adalah kamar orangtuaku itu. Ketika sampai kamar aku tidak bisa tidur. Aku pikir sebaiknya aku main gitar saja, tetapi baru kuingat bahwa tadi sore aku bermain gitar di teras depan dan lupa membawa lagi gitar itu ke dalam.
Suasana dalam rumah sudah gelap semua. Hanya cahaya di teras yang mengintip di celah tirai jendela yang menerangi sedikit ruangan keluarga. Baru aku mau masuk ruang keluarga, dari arah tangga kudengar langkah-langkah ringan dibarengi senandung ayahku. Rupanya tadi ayah di ruang kerjanya yang di bagian belakang rumah di tingkat satu sehingga tidak bertemu dengan aku ketika aku baru pulang. Sebagai tambahan informasi, para pembantu tinggal di lantai satu juga, di bagian belakang rumah sehingga tidak pernah masuk ke dalam rumah bila sudah malam, karena ruangan mereka tidak berada di dalam rumah, melainkan kamar seperti kost-kostan yang dibangun menempel tembok belakang.
Kulihat ayah masih memakai kemeja dan celana panjang dan dari sendandungnya tampaknya sedang happy namun terburu-buru. Dari koridor luar ruang keluarga aku memandangi tingkah lucu ayahku. Aku tidak akan terlihat dari tempatku berdiri karena sangat gelap sehingga ayah tidak menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Kemudian ayahku membuka pintu kamar tidurnya, yang menghadap ke ruang keluarga, sehingga aku dapat melihat sebagian kecil kamar itu. Kulihat ada telapak kaki ibu di atas tempat tidur.
“Ini dia yang ditunggu-tunggu!” kata ayah setelah ia membuka pintu dengan tiba-tiba. Lalu ayahku mulai melepas kancing kemejanya di ambang pintu itu yang membuatku kaget. Ia mendorong pintu dengan kakinya namun pintu tidak tertutup dengan baik karena kurang tenaga yang dikerahkan.
“eh….. Tutup pintu yang benar dulu! Nanti dilihat orang!” terdengar suara ibu walaupun wajahnya tak dapat kulihat karena terhalang tembok.
“Aaahhh……. Si Ajang lagi nginep di rumah temennya. Ga ada siapa-siapa!” jawab ayah sambil sedikit berlari dan lalu melompat ke tempat tidur.
Aku terkejut menyaksikan ini. Rupanya kedua orang tuaku sebentar lagi akan melakukan hubungan seks! Pada mulanya aku berniat untuk kembali ke kamar, namun tiba-tiba punya ide brilian. Selama ini aku sering juga menonton film bokep, kadang di rumah teman, tapi lebih sering di kamar sendiri karena aku punya beberapa film blue barat maupun asia. Aku menjadi penasaran karena aku belum pernah melihat orang berhubungan badan secara langsung. Bagaimana kiranya?
Perlahan aku berjingkat ke depan pintu kamar tidur orangtuaku. Bagusnya, kamar orangtuaku itu terletak di sebelah kiri ruang keluarga dan dekat dengan tangga. Tangga itu dibangun di antara 2 buah dinding yang menempel atap, suasananya begitu gelap.
Ketika aku sampai di dinding dekat pintu, perlahan aku melongok ke dalam. Pintu itu terbuka sedikit. Aku merangkak pelan dan melihat dari celah yang terbuka sedikit. Kulihat ayah sedang duduk bersimpuh di sebelah ibu yang juga duduk menghadap dinding, kalau dari arahku, wajah ibu melihat ke arah kiri, jadi tidak menghadap pintu. Ayah masih memakai singlet dan celana panjang, tetapi ibu sudah memakai baju tidur jenis terusan yang tipis. Ayah sedang menarik gaun tidur ibu.
“Pa…. Aku ngantuk nih…. Tadi kan baru arisan dari rumah Bu Dewo…..” kata ibu perlahan dengan suara mengantuk saat gaun tidur ibu sudah terbuka dan memperlihatkan tubuhnya yang ramping yang kini hanya tertutup BH dan CD berwarna krem.
“Ya sudah,” kata ayah, sementara tangannya sedang asyik membuka kaitan BH di punggung ibu,” Mama ga usah ngelayanin. Diem aja. Udah ga tahan nih Papa….”
Aku semakin deg-degan memandang ayah yang sedang melucuti tubuh ibu. Ada perasaan penasaran ketika aku melihat tubuh setengah telanjang ibu yang ramping dan indah itu namun perasaan itu ditemani perasaan takut ketahuan. Entah kenapa kedua perasaan yang campur-aduk itu membuat adrenalinku tercapu menimbulkan perasaan kecanduan dan tak ingin rasanya aku melewatkan pemandangan indah yang bakalan aku rasakan.
“tadi katanya mau pergi ke Bandung, ada pindahan toko?” kata ibuku bersamaan dengan ayah telah berhasil membuka kaitan bhnya. Kemudian secara cepat BH itu sudah lepas dari tubuh ibu. Aku hampir saja mendesah melihat buah dada ibu tiba-tiba saja terpampang di hadapanku.
Kedua payudara ibu tidak lah besar tidak lah kecil. Ukurannya sedang. Bukan payudara yang biasa terlihat dimiliki bintang majalah Playboy. Tetapi payudara yang ukurannya biasa saja. Hanya saja membulat dan tegak. Mirip-mirip payudara bintang film Tarzan X, isterinya Rocco Siffredi. Hanya saja, kulit ibuku putih bagai pualam dan mengkilat, sangat mulus, apalagi dihiasi dua buah pentil yang mancung dan cukup mungil. Areolanya juga tidak terlalu lebar. Ibu pernah bilang bahwa ia hanya menyusuiku beberapa bulan kemudian berhenti karena produksi susunya sangat sedikit. Mungkin ini yang membuat pentil tetek ibu tidak sebesar ibu-ibu lain yang sudah punya anak.
“Nunggu Si Yadi (supir kami), katanya ada urusan keluarga. Harusnya dua jam lalu udah dateng. Kayaknya sih ga jadi nih.” jawab ayah yang berusaha mencium bibir ibu. Ibu membalas tapi hanya sebentar.
“Ya udah cepetan sana, kalau Yadi dateng mau berangkat?” suara mengantuk ibu ditambah dengan suara ia menguap lebar-lebar.
Ayah hanya mengangkat bahu. Katanya,
“Kayaknya harus konsen sama yang satu ini….”
Ayah lalu mendorong tubuh ibu sehingga telentang. Dengan cepat kedua tangannya menarik celana dalam ibu. Jantungku kini berdetak tak menentu melihat jembut ibu secara mendadak. Jembutnya dicukur rapi sehingga hanya ada bulu kemaluan berbentuk segitiga kecil di atas bibir memeknya. Kulit di sekitar bulu memek ibu halus sekali, tanda sering dicukur. Perlahan ayah memegang kaki ibu lalu ditarik ke ujung tempat tidur. Kaki ibu diposisikan agar ngangkang, tapi kaki ibu bagaikan tak bertenaga sehingga kedua kaki itu jatuh terus. Tampaknya ibu ngantuk berat. Akhirnya, ayah membalikkan tubuh ibu lalu menaruh ibu di posisi telungkup dengan kedua kaki jatuh di lantai. Rupanya biar gampang ayah mau doggy style.
Ketika ayah mulai membuka resletingnya, tiba-tiba terdengar bunyi bel.
“Sialan!” umpat ayahku. Tampaknya Pak Yadi sudah datang. Aku segera berjalan mundur ke arah tempat aku tadi masuk. Tak berapa lama, ayah keluar kamar buru-buru dengan pakaian sudah lengkap. Aku hendak kembali ke kamar tidurku sendiri, tetapi kulihat pintu kamar ibu terbuka setengah. Aku menjadi punya pikiran jorok. Beberapa menit kemudian kudengar bunyi garasi ditutup dan disusul dengan bunyi mobil pergi.
Perlahan kuintip lagi kamar ibu. Terdengar suara nafas ibu perlahan dan teratur, seperti sudah tidur. Kupandangi pantatnya yang bulat dan telanjang itu. Tak terlihat memeknya dari sini. Kuberanikan diri masuk. Wajah ibu untungnya menghadap arah berlawanan dengan pintu, kepalanya menghadap kiri sementara aku dari arah kanan ibu.
Aku lalu ingat perawakanku yang mirip ayah. Aku mirip perawakan saja, kalau wajah jauh banget. Hanya dalam kegelapan aku mirip ayah. Maka aku matikan lampu kamar itu, beruntung saklarnya dekat pintu, lalu aku mendekat ke tempat tidur hendak melihat memek ibu. Kamar itu gelap, namun cahaya dari teras masuk melalui celah tirai dan lubang angin, sehingga mataku masih bisa melihat bayangan tubuh ibu dalam keremangan.
“Kirain udah jalan,”kata ibu perlahan,”pintu bukannya ditutup tadi. Tutup pintunya, tar Yadi kemari.”
Ibu menyangka ayah belum jalan. Aku lalu berbisik sambil menutup pintu,
“Iya.”
Aku berdiri di belakang ibu. Kulihat dalam keremangan malam, belahan memek ibu yang gemuk.
“Jangan lama-lama. Yadi tar curiga,”kata ibu lagi.
Untuk sebentar, aku tak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus langsung mengentoti ibuku? Tapi di lain pihak, aku penasaran juga melihat kelamin ibu yang belum pernah aku lihat. Maka perlahan aku berlutut dan mendekatkan wajah ke pantat ibu. Bau tubuh ibu samar-samar tercium ketika hidungku mendekat.
“tumben. Mau jilat dulu? Jilat deh. Masih kering nih. Abis, belum diapa-apain sih.”
Aku mendekatkan hidungku ke vagina ibu. Bau tubuh ibu yang samar-samar itu bercampur bau sedikit pesing. Bukan bau yang membuat aku muak, melainkan bau yang membuat aku semakin birahi. Tadi aku hanya mau lihat saja sebenarnya, kini, otakku seakan hanya dipenuhi keinginan merasakan memek ibu saja.
Tak tahan lagi, aku membenamkan hidung di belahan memek ibu itu. Kedua tanganku memegang kedua pantat ibu yang bahenol. Kuhirup dalam-dalam bau memek ibu itu sementara hidungku perlahan menekan bibir vagina ibu itu sambil menggerakkan kepalaku naik turun.
“hmmmmm….. Semangat banget…….. Tumben-tumbenan”
Kepalaku seakan berputar-putar menahan gejolak nafsu. Bau tubuh ibu perlahan mulai menguat dan memeknya yang tadi kering mulai melembap pula. Kukeluarkan lidahku dan kusapukan di kemaluan ibu itu.
“ssshhh……… Terus pahhhh……..”
Dengan penuh nafsu kucolok lidahku ke dalam dan secara rakus mulai menjilat bagian dalam memek ibu perlahan-lahan. Ada sedikit rasa asam dan pahit di lidahku, tetapi entah kenapa menjadikan aku bernafsu sekali. Aku buka celana panjangku, dari tadi aku tidak sempat memakai gesper. Aku tidak melepaskan celana panjangku, kubiarkan saja jatuh di pergelangan kakiku. Lalu aku mulai mengocok pelan kontolku.
Makin lama memek ibu makin basah. Bahkan akhirnya sudah banjir sehingga selangkangan ibu dan wajahku sudah basah kuyup oleh cairan keintiman ibu. Ibu hanya menggumam keenakan terus sementara lidahku asyik menjelajahi memek ibu itu.
“terus paaahhh…. Terusss….. Ahhhhhh…….”
Nikmat sekali rasanya memek ibu di lidahku, apalagi di kontolku, pikirku saat itu. Maka aku segera berdiri, memposisikan kontolku di lubang memek ibu, setelah beberapa saat kepala kontolku sudah menancap di permukaan lubang vagina ibu lalu dengan cepat aku sodok pantatku ke depan.
“aaaaahhhhhhh…………”
Kami berdua mengerang saat penisku menerobos vagina ibu yang sudah licin itu dalam satu tusukan sehingga akhirnya selangkanganku mentok di pantat ibu yang bulat. Memek ibu menjepit keras kontolku. Hawanya hangat sekali. Aku menindih punggung ibu. Untuk sementara aku terdiam menikmati jepitan dinding memek ibu yang hangat itu.
Kepalaku telah menempel di punggung ibu yang sekarang melengkung. Ibu kini mendongakkan tubuh atasnya, kedua tangannya menyiku menahan badan. Ia menatap dinding kanan. Baru aku sadari di dinding kanan ada cermin besar. Dengan kaget kulihat cermin itu. Hanya terlihat dua tubuh dalam kegelapan sedang bertindihan. Untung saja kamar ini gelap, sehingga hanya perawakanku terlihat di sana.
“kontolmu terasa lebih besar hari ini, paaahhhh….. Enak banget….. Rasanya penuhhhh……”
“memek mama rasanya yang sempit……. Minum jamu ya?”kataku untuk menghilangkan kecurigaan. Hanya saja aku setengah berbisik agar ibu tidak terlalu curiga. Suaraku memang mirip ayah, tapi aku tidak mau lengah. Jangan sampai ibu curiga dengan suaraku.
“abis papa jarang ngunjungin sih…….”
“papa kan sibuk…….”
“goyangin dong pah……. Entot isterimu….”
Kami berbicara dengan memandang cermin, aku hanya melihat siluet wajah ibu saja dan aku yakin ibu juga hanya melihat siluetku yang mirip ayah. Karena merasa aman, aku mulai menggoyang pantat maju mundur sambil menyusupkan tangan ke depan. Ketika kedua tetek ibu yang lembut dan kenyal itu terpegang, perlahan aku meremasinya sambil terus mengaduk-aduk memek sempit ibu itu.
Ibu membalas goyanganku sehingga kami perlahan bergerak dari tidak seragam menjadi satu irama. Suara pantat dan selangkangan perlahan berbenturan mulai terdengar. Memek ibu bertambah licin dan sekarang terasa agak panas di kontolku. Dindingnya benar-benar sempit. Kami berdua mulai terengah-engah dalam naungan birahi.
Mulutku mulai menciumi punggung ibu. Kulitnya begitu halus terasa di bibirku. Buah dadanya begitu lunak dan pejal. Pentilnya kupelintir-pelintir. Bau tubuh ibu kini mulai tercium jelas sekali. Lama kelamaan kami mulai mendorong keras kedua pantat kami. Suara benturan dua tubuh semakin keras terdengar. Enak sekali pantat ibu sehingga tiap kali aku menusuk keras pantatnya, tenaga tumbukkan selangkanganku itu diredam oleh pantat ibu yang bulat dan sekal. Sudah hampir lima menit aku mengentoti ibu kandungku itu.
“terus pahhhh….. Papah tumben kuat…… Terus paaaahhhhh…..”
Tahu-tahu ibu memutar tubuhnya ketika aku sedang menarik pantatku, sehingga kontolku lepas. Aku kaget, aku segera berfikir bahwa ibu mengetahui kenakalanku. Namun kekagetanku hanya sementara. Ibu lalu bergegas tidur telentang sambil memanggilku,
“Papa di atas aja…. Biar lebih enak….”
Aku yang sedang dalam birahi tingkat tinggi tidak pikir panjang dan segera menindih ibu yang sudah mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Ibu memegang kontolku dan mengarahkan ke memeknya. Dalam satu tusukan aku membobol lagi memek ibu dan membenamkan kontolku sampai amblas semuanya dilahap lubang memek ibu yang sudah licin. Posisi kepala ibu di atas dua bantal, sehingga agak tegak, ia menarik wajahku dan melumat bibirku. Untung saja kamarnya gelap.
Lidah ibu bermain-main di mulutku. Untuk sebentar aku kaget, untuk kemudian membalas lidah ibu itu. Kami saling menukar ludah dan saling mengecup bibir dengan buasnya. Kedua pantat kami sudah saling mengimbangi, sehingga kini tanpa penyesuaian irama entotan kami berpadu dan selaras. Tiap kali aku dorong pantatku, ibupun mendorong pantatnya, tiap kali aku tarik ibu juga tarik.
Kami berpelukan dengan erat sekali. Kedua kelamin kami sudah menyatu, dada kami berhimpitan dan mulut kami melekat erat. Kurasakan tubuh ibu yang halus menjadi licin karena keringat kami berdua. Halus sekali kulit itu, sehingga kulitku yang masih muda itu sungguh amat beruntung dapat merasakannya. Semenjak kontolku terbenam pertama kalinya di vagina ibu, kami bersenggama sudah hampir sepuluh menit. Antara aku dan ibuku sudah tidak terhalang satu apapun juga. Tubuh telanjang ibu dan tubuh telanjangku berhimpitan. Kulit menempel dengan kulit, kelamin menempel dengan kelamin. Sepuluh menit yang penuh kenikmatan itu, tubuh ibu dan tubuhku telah menjadi satu tubuh. Persetubuhan yang terlarang, tabu dan penuh dosa, namun terasa nikmatnya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Kemudian ibu mempererat pelukannya kepadaku, kedua kakinya melibat kakiku erat-erat. Ciumannya semakin buas. Ibu menyedot-nyedot lidahku sementara nafasnya sudah memburu keras sehingga terdengar mendengus-dengus bagai kuda yang sedang berpacu.
“Aaaahhhhhh……” tahu-tahu ibu mengangkat kepalanya dan berteriak, sementara aku merasakan dadaku sesak karena pelukan ibu sangat kencang, sementara memek ibu kurasakan bagaikan mengejang-ngejang menjepiti kontolku dengan keras disertai cairan kemaluan ibu bagaikan merembes deras menyirami kontolku yang kini terbenam sedalam-dalamnya dan tidak bergerak karena kedua tangan ibuku sedang menggenggam pantatku dan menariknya keras-keras sementara selangkangan ibu mendorong kuat-kuat, seakan ibu ingin kontolku lebih dalam lagi masuk ke dalam tubuhnya.
Akupun merasa tak tahan sehingga akhirnya aku melepaskan spermaku di dalam tubuh ibu yang seksi itu. Semprotan demi semprotan peju keluar dari kontolku memasuki rahim ibu. Selama beberapa menit setelahnya kami tiduran saling menindih. Dalam posisi aku menindih ibu, aku pun tertidur.
Untung saja pada jam 4 pagi aku terbangun. Baru terpikir olehku, bila ibu mendapatiku tidur tanpa busana di sebelahnya saat pagi datang, tentu nasibku akan buruk sekali. Ketika aku beringsut bangun, aku mendapati ibu tertidur tengkurap. Cahaya bulan menyinari tubuhnya yang telanjang. Sekarang kalau ibu bangun, ia dapat melihat wajahku, namun saat itu aku sedang kesusahan dan aku menjadi serbasalah. Ya, kesusahan itu adalah kontolku tegang lagi melihat punggung ibu yang indah. Otot-otot yang menghiasi punggungnya bagaikan lukisan jaman dahulu, apalagi pantatnya yang semok. Kupikir kalau aku entot ibu dari belakang, toh ibu tidak akan dapat melihat wajahku. Dan bila ia mau melihat cermin, aku akan membenamkan wajah di punggungnya.
Aku segera menciumi punggung ibu yang halus itu. Bau tubuh ibu sekarang mulai aku kenal. Bau tubuh ibu menyegarkan dan juga menyebabkan birahi. Sekujur punggungnya aku ciumi dengan telaten. Tak satu jengkalpun terlewati. Lama kelamaan ciumanku mengarah ke bawah dan setelah beberapa menit, bibirku telah mencapai pantat ibu yang putih dan seksi.
Bibirku mulai asyik mencium-cium pantat ibu. Kuberanikan untuk mulai menjilati pantat itu. Rasanya sungguh berbeda. Bukan kenikmatan yang didapat saat orang makan, tetapi kenikmatan di lidah ini membuat segala syaraf seksualku tergelitik. Aku mulai mengenyot-ngenyot pantat ibu itu.
“Belum jalan, pa?”
Aku kaget. Ternyata ibu terbangun. Mungkin karena aku terlalu semangat mengenyot pantat ibu. Aku hanya menggumam.
“tumben hari ini papa semangat….” kata ibu dengan suara mengantuk. Aku belagak tak mendengar dan terus mengunyahi pantat ibu yang semok itu. Tak lama suara nafas ibu kembali menjadi teratur dan kupikir ia mungkin sudah tidur lagi.
Kedua tanganku meremasi pantat itu sementara mulutku masih asyik merasakan pantatnya yang berisi itu, hingga suatu ketika kedua tanganku menarik kedua pantatnya kearah kanan kiri sehingga anus ibu terlihat dalam cahaya bulan. Ada bau yang eksotis yang keluar dari anusnya. Aku sering juga menonton bokep dan melihat orang menjilat dan menyodomi anus perempuan. Bagaimana ya rasanya?
Perlahan-lahan aku membenamkan hidung di lubang tahi ibuku itu. Baunya agak keras dan aneh. Namun tidak membuatku kecil hati bahkan kontolku sudah keras lagi jadinya. Lalu aku mulai menjilati sekitar lubang anus ibu. Kurasakan tubuh ibu sedikit menggigil. Entah ia terbangun lagi atau tidak. Kemudian aku mulai menjilati anus ibu yang tertutup itu. Jilatanku belum diikuti penetrasi, sehingga hanya luar lubangnya yang terkena jilatan.
Entah berapa menit aku menjilat sebelum terdengar suara ibu,
“ih papa… Hari ini aneh banget….. Sekarang jilat bool mama…..”
“enak, ma?” kataku pelan.
“geli…. Tapi enak….. Emang rasanya bool mama apa, pa?”
“enak banget….” kataku sambil membuka pantatnya lebar-lebar menggunakan tanganku sehingga anusnya sedikit terbuka, lalu aku dorong lidahku masuk sedalam mungkin.
“oooooohhhhhh….. Enaaak paaaaahhh………”
Sekarang lidahku sudah masuk ke dalam lubang dubur ibu. Hampir setengah lidahku yang masuk di dalamnya. Kulihat tangan kanan ibu sudah ada di selangkangannya, tampaknya ia sedang memainkan klitorisnya. Sensasi panas dialami lidahku ketika lidahku bergerak menjilati bagian dalam lubang anus ibuku itu. Ada bulir-bulir halus yang terasa menempel di lidahku itu. Bulir-bulir itu sedikit pahit kukecap, namun anehnya tidak membuat nafsuku berkurang. Bahkan, birahi yang kurasakan menjadi bertambah tinggi.
“sssshhh….. Geliiiii…….. Enak paaaahhhh…. Terus paaahhhh….” ibuku semakin tenggelam dalam racauan kenikmatan, sementara kurasakan selangkangannya mulai bergerak cepat karena tangan ibu sekarang asyik sekali mengusap-usap klitorisnya sendiri dengan keras.
Aku semakin heboh menikmati lubang tahi ibu. Lidahku memutar-mutar agar seluruh dindingnya dapat kurasakan, terkadang aku jilati keras-keras. Bulir-bulir halus ibu sudah hilang aku telan semua, dan kini lidahku hanya menjilat-jilat lubang ekskresi ibu yang selain sempit menjepit, namun halus dan lunak. Bau kemaluan ibu tercium jelas sekali di hidungku.
Tak lama ibu berteriak sambil pantatnya menekan tangannya sendiri. Ibu orgasme dengan hanya kujilati anusnya. Lalu tangan ibu kembali ditarik ke samping badan, nafas ibu tampak tersengal, tapi selebihnya ibu tetap tengkurap dengan lemas.
Aku perlahan bergerak ke belakang tubuh ibu yang tengkurap itu. Kedua lututku kuletakkan di samping paha ibu. Perlahan tangan kananku memegang burungku yang sudah sangat tegang. Dengan tangan kiri aku menyibakkan pantat ibu hingga lubang anusnya terlihat sedikit menguak. Kutaruh kepala kontolku sehingga menempel di depan lubang dubur ibu yang sudah basah oleh ludahku dan keringat ibu. Kudorong perlahan, namun susah sekali masuknya, hanya sedikit ujung yang masuk.
Berhubung sudah sedikit yang masuk, kontolku tidak akan lepas lagi. Kuludahi tangan kananku dan kuusapkan ke kontolku agar menambah licin permukaan kulitku. Selain itu ludahku juga kupeperkan di sekitar lubang anus ibuku itu. Setelah kurasa cukup, dengan kedua tanganku aku buka pantat ibu kesamping kiri dan kanan, memperlebar rekahan lubang duburnya. Lalu dengan sekuatnya aku hentakkan pantatku ke depan.
“aduuuuuhhh…. Sakit paaaahhhhh…….” tiba-tiba ibuku berteriak. Tangan kanannya berusaha menahan pinggulku, namun tenaganya tidak besar, berhubung ia sedang tengkurap, jadi, ia mendorong ke belakang.
Ketika aku menancapkan batangku ke dalam anus ibu, kurasakan kepala kontolku menerobos cincin sempit yang adalah otot pintu gua anus ibu dengan bunyi ‘plop’. Kontolku menerobos lubang dubur ibu sampai keseluruhan batangku tenggelam di sana. Dengan diiringi bunyi ‘plak’ selangkanganku menumbuk pantat ibu yang bahenol. Dinding anusnya sangat sempit sekali. Seluruh batangku bagaikan dijepit oleh sesuatu yang seakan ingin meremasnya hingga menjadi bubur. Kurasakan lubang anus ibu selain sempit juga panas. Sensasinya benar-benar luar biasa!
Aku terjatuh menindih ibuku. Sementara tangan kanan ibuku tetap memegang pinggulku seakan ingin menghentikan laju kontolku di anusnya, tentu saja tidak ada gunanya karena saat itu seluruh kontolku amblas di dubur ibu. Kudapati punggung ibu sudah basah oleh keringat. Badanku yang tadinya kering menjadi ikut basah juga. Berhubung aku lebih pendek dengan ibu, wajahku kini berada di leher ibu yang tertutup rambut ikalnya yang berantakan. Kusingkap rambutnya ke samping kanan dan aku mulai menciumi lehernya yang harum dan licin oleh keringat. Ibu mulai mendesah, dan tak lama tangan kanannya ditarik kembali. Kedua tangannya kini meremasi sprei tempat tidur, sementara terdengar desah pelan keluar dari mulut ibu.
Kedua tanganku mulai menyusup ke dalam tubuh depan ibu. Ibu membantu dengan sedikit mengangkat badannya sehingga kedua tanganku tidak mengalami kesulitan untuk memegang kedua payudara ibu. Ibu kini bertumpu pada kedua tangannya, bagian atas tubuhnya jadi sedikit terangkat memudahkan kedua telapakku meremas-remas kelenjar susu ibu yang kenyal dan besar itu. Terkadang telunjuk dan jempolku memelintir kedua pentil ibu. Tak terasa aku mulai mengenyot leher ibu yang halus itu. Desahan ibu menjadi terdengar lebih keras lagi.
Karena aku merasa sudah saatnya, maka aku mulai memaju mundurkan pantatku. Agak susah juga kontolku menggesek memek ibu, pertama karena dubur ibu begitu sempitnya, kedua, karena posisi tubuhku yang menindih ibu sehingga kontolku kini hanya maju mundur di area anus ibu yang sedikit saja. Ibu mulai terdengar mengumam, badannya kurasakan kaku dan kepalanya menggeleng pelan tanda bahwa ia sedikit menahan sakit. Aku tidak menghiraukan gerakan ibu ini, karena walaupun kontolku hanya sedikit menggerusi lubang anus ibu, namun rasanya nikmat sekali.
Kukocok kontolku di dalam lubang tahi ibu dengan bersemangat, setelah agak lama, kulihat tubuh ibu mulai santai lagi dan tidak kaku. Mungkin lubang duburnya sudah mulai dapat beradaptasi dengan gerakan kontolku yang menghujami duburnya bagaikan piston dalam mesin motor.
Aku menghentikan gerakanku, lalu kedua tanganku memegang pinggul ibu, sambil beringsut berlutut aku tarik pinggul ibu ke atas. Ibu tampaknya mengerti maksudku. Perlahan ia ikut bangkit hingga akhirnya, ibu kini dalam posisi nungging bertumpu tangan dan lututnya. Posisi doggy style dengan aku berposisi di belakang ibu, penisku terbenam di lubang anusnya, kedua kakiku mengengkang bagaikan naik kuda dengan berat tubuh terbagi antara kedua kakiku dan selangkanganku yang menindih pantat ibu.
Perlahan aku menarik pantatku, sensasi dinding duburnya yang sempit dan panas mengirimkan sinyal kenikmatan yang membuat lututku agak goyah.
“aaaaahhhhh….. Pelan-pelan paaaahhhh…..”
Rupanya lubang tahi ibu itu masih perawan, sehingga ibu tidak terbiasa disodomi. Tubuh ibu yang basah oleh keringat itu menggigil pelan seiring gesekkan batang kontolku sepanjang dinding anus ibu. Sementara, aku malah keenakan merasakan jepitan keras dari dubur ibu itu. Setelah hanya kepala kontolku saja yang berada dalam anus ibu, aku mendorong pelan kembali kontolku untuk memasuki liang pantat ibu itu. Sepanjang perjalanan kontolku, ibu mengerang-ngerang.
Tanpa memperdulikan apa yang dirasakan oleh ibu, aku memompa lubang pantat ibu itu dengan perlahan. Kontolku menghujami anus ibu berkali-kali dan setiap kalinya dinding dubur ibu itu mencengkeram erat sekujur batang kontolku. Seluruh tubuhku bergetar mengalami kenikmatan menyodomi ibu kandungku sendiri. Hingga akhirnya aku dapati ibu mulai mendesah nikmat, sementara tangan kanan ibu sudah mulai menggeseki klitorisnya sendiri. Rupanya lama-kelamaan ibu menikmati sodokanku di dalam lubang tahinya itu.
Dengan semangat aku mempercepat gerakanku. Kedua tanganku yang memegang pinggulnya, membantu gerakan pantatku. Tiap kali aku menusukkan kontolku ke dalam anus ibu, kedua tanganku menarik pinggulnya ke arahku, sementara ibu juga mulai mengikuti irama entotanku. Ibu juga ikut memaju mundurkan tubuhnya sesuai dengan goyanganku, tiap kali aku menusuk maka ibu akan mendorongkan tubuhnya ke arahku dan tiap kali aku menarik kontolku, ibu pun akan mendorong tubuhnya menjauhiku.
Kini suara ‘plok! Plok! Plok!” yang secara teratur terdengar, menandai benturan pantat ibu dengan selangkanganku tiap kali kami saling mendorong tubuh. Lubang pantat ibu yang sempit itu kini juga seakan hidup. Saat badan kami berbenturan, lubang pantat ibu akan menutup yang menyebabkan dinding anus ibu meremas kuat kontolku dan akan terus meremasnya saat aku menarik keluar kontolku, ketika aku dorong lagi kontolku ke dalam duburnya, maka lubang tahi ibu akan mengendurkan cengkeramannya sampai seluruh kontolku kembali terbenam di lubang pantatnya itu.
“aaahhhh….. Anus mama enaaakkkk………” kataku yang sudah lupa daratan. Cengkraman anus ibu memang membuatku lupa segalanya. Dari pertama kali aku menyetubuhi ibu, aku berusaha berbicara pelan, bahkan berbisik. Namun kini aku suaraku tak dapat kutahan lagi. Saat itu aku tidak memikirkan apakah ibu akan mengenali suaraku atau tidak, karena walaupun suaraku mirip dengan ayah, tetapi suara ayah sebenarnya sedikit lebih berat dari suaraku.
“kontol papa juga enaaaaakkk paaahhhh…..” kata ibu disela-sela erangannya.
Makin lama aku mengentot ibu dengan keras sepertihalnya ibu yang mengentot balik. Tangan kanan ibu kini menggeseki klitorisnya dengan cepat, secepat irama kami berdua bersenggama. Suara plok plok plok pantat ibu yang bertumbukkan dengan selangkanganku semakin keras dan frekuensinya semakin intens. Tanpa kutahan-tahan lagi, aku mengentoti lubang pantat ibu dengan sekuat tenaga dibantu dengan kedua tanganku yang memegang pinggul lebar ibu.
“Ah! Ah! Ah!” kini ibu dan aku hanya berteriak itu saja bersamaan dengan benturan tubuh kami. Sepertinya kami berdua sudah menyatu, bukan hanya tubuh kami yang bersatu, bukan hanya goyangan kami yang bersatu dalam satu irama persetubuhan, tapi ucapan kami bahkan mungkin pemikiran kami saat itu juga sudah bersatu, sehingga kami seirama meneriakkan kenikmatan kami dengan teriakan yang sama.
“Mama mau sampe paaahhhh…….”
“Papa jugaaahhh…….”
Dalam hentakan yang keras, aku membenamkan kontolku dalam-dalam di dubur ibu sementara ibu menekan balik dengan tak kalah kerasnya. Spermaku berkali-kali menyembur di dalam lubang tahi ibu, sementara tubuh ibu menggigil lalu mengejang kaku untuk sementara waktu. Kemudian ibu ambruk di ranjang dengan aku menindihnya.
Selama beberapa saat kami tersengal-sengal dengan lemas, namun akhirnya nafas kami sudah teratur lagi. Tubuh kami banjir keringat. Kontolku akhirnya keluar dari anus ibu setelah aku membaringkan tubuh di samping ibu. Dalam keheningan kami terdiam selama beberapa menit. Namun punggung ibu yang mengkilat betul-betul membuatku kecanduan. Perlahan dengan setengah badan menindih tubuh kanan ibu, aku melingkarkan tangan kiriku di pinggang ibu dan menciumi punggung ibu. Tak lama aku asyik menjilati punggung putih ibu dan merasakan asinnya tubuh ibu yang harum itu.
Handphone ibu tiba-tiba berdering. Perlahan ibu mengambil handphone itu. Aku yang sedang asyik tidak menyadari bahwa ringtone itu adalah ringtone ayahku.
“Ya?” jawab ibu perlahan, setengah berbisik.
Aku tidak dapat mendengar suara orang yang menelpon dan sejujurnya aku tidak ambil peduli.
“Baru aja bangun. Ada apa Pah?”
Bagaikan petir di siang bolong aku terkejut tak terkira. Jilatanku berhenti, namun sikap ibu biasa saja. Ia terus berbicara di telpon. Jadi mama tahu bahwa bukan ayah yang mengentoti dia. Apakah ibu tahu bahwa aku yang ngentoti dia.
“Oh? Papa taruh di mana? ……… Ya udah nanti Mama suruh Ajang cari deh. Kenapa?……. Oh…. Ajang udah bangun….. Iya……. Ada kok di sini…. Mau ngomong?……… Iya tumben…… Kayaknya bangun-bangun dia lapar jadi cari Mama………. Udah kok…… Udah kenyang dia tadi…… Baru aja selesai……”
Ternyata ibu tahu. Sebenarnya aku sedang merasa takut kalau ibu marah, tetapi tampaknya dia tidak marah. Maka aku menarik tubuh ibu hingga ia kini telentang. Aku beringsut menindih tubuh ibu yang telanjang itu. Payudaranya yang indah itu nampak tertarik oleh gravitasi ke bawah, namun tetap menunjukkan gumpalan yang sangat menggairahkan. Kedua pentilnya mengacung tanda siap dikenyot.
Aku menghisap pentil kiri ibu sambil meremas tetek kanannya dengan tangan kiriku. Ibu membelai rambutku dengan tangan kanannya yang nganggur, karena tangan kirinya memegang handphone.
“Tau tuh…. Sekarang dia minta nambah lagi…… Ga ada kenyangnya tuh anak……..”
Kedua tanganku menggenggam kedua payudara ibu sementara mulutku kini menjilati dan mengecupi sekujur buah dadanya dari yang kiri sampai kanan.
“Oke…. Ya……. Yaa……… Daaaahhhh……” ibu mematikan handphonenya lalu melemparnya begitu saja ke atas tempat tidur.
“Anak bandel……….. Kamu udah menyetubuhi ibu…. Udah ngentotin memek ibu….. Udah ngentotin bool ibu…… Masih kurang?”
Aku menghentikan hisapanku di dada ibu yang kini sudah bertandakan cupang di sana-sini. Aku beringsut sehingga kini kepalaku sejajar dengan kepala ibuku.
“Kok ibu tahu Ajang yang ngentotin ibu?”
“Kontol ayahmu itu kecil. Waktu pertama kamu jilatin memek ibu, ibu udah heran. Soalnya ayah kamu itu kalau ngentot maunya cepet-cepet aja. Nyampenya juga cepat. Sering ibu belum sampe, ayahmu udah sampe duluan. Terus waktu kamu masukkin kontol kamu ke memek ibu, ibu tahu bahwa kontol itu bukan kontol ayahmu. Terus ibu lihat di cermin, memang wajah kamu ga kelihatan, postur kamu mirip ayahmu, tapi kontolnya beda. Jadi ibu tarik kesimpulan, bahwa kamu yang sedang menyetubuhi ibu.
Seharusnya ibu marah waktu tadi, tapi berhubung ibu sudah hampir sampai saat itu, ya diterusin aja. Lagian, ibu jarang sekali puas sama ayahmu. Dan, selama ini ibu selalu berniat untuk selingkuh mencari cowok yang lebih jantan, tapi ga pernah kesampaian. Waktu kamu masukkin kontolmu yang besar itu, akhirnya ibu putuskan untuk membiarkan kamu ngentotin ibu. Ternyata kamu jantan banget. Kamu bikin ibu orgasme. Selain itu, orgasme ini juga hebat sekali, ga pernah ibu rasakan sebelumnya dengan ayah kamu.”
Aku kemudian meninggalkan tubuh ibu untuk menyalakan lampu. Kini tubuh ibu yang seksi terlihat jelas.
“Penasaran?”
“Wah, ibu cantik dan seksi banget. Tubuh ibu indah dan menggairahkan. Kok mau-maunya sama ayah, ya?”
Ibu tersenyum cantik. Ia duduk di tempat tidur bersandarkan kepala tempat tidur. Buah dadanya yang sedang itu menggantung sempurna. Hanya sedikit saja turun karena usia, namun pentilnya yang merah muda seukuran setengah kelingking tampak dihiasi areola yang tidak terlalu besar dengan warna yang sama. Puting dan areolanya tegak menantang menghiasi gundukan yang hampir membulat sempurna. Karena ukurannya itu, maka ada celah di antara kedua payudara ibu yang menambahkan daya tarik seksual, apalagi, kulihat ada tahi lalat kecil yang menghiasi bagian belahan dadanya, sedikit lebih dekat ke tetek sebelah kiri ibu.
“Ayahmu kan kaya……..” kata ibu tertawa kecil saat aku sudah duduk di samping ibu.
“ih… Ibu kok matre……..” kataku sambil mendekap ibu dari samping.
“Kalo ibu ga matre, kamu ga akan menikmati hidup kayak begini. Ya nggak?”
“Iya juga ya,” kataku. Kami duduk bersamping-sampingan. Dengan aku di samping kiri ibu. Ibu duduk dengan kaki lurus, sementara aku menghadap ibu dengan bersimpuh. Tangan kananku memeluk pinggangnya dan ibu memeluk bahuku dengan tangan kirinya. Kami bersender di kepala tempat tidur.
Tangan kiriku meraih payudara kanan ibu, agak sulit juga karena aku harus menjangkau, namun ibu segera memutar tubuhnya ke arahku, lalu tahu-tahu ibu menaikkan tubuhnya ke arahku, lalu duduk di pahaku. Kontolku yang memang sudah lemas, namun ukurannya masih sepertiga dibanding tegak lurus. Ibu memposisikan kontolku agar mengacung ke atas lalu ia duduk dengan memek yang menjepit kontolku.
Dengan posisiku yang berlutut dan ibu yang duduk di atas paha dan kontolku, kepalaku kini langsung menatap kedua payudara ibu. Aku memeluk tubuh ibu dan mengelus-elus punggungnya, sementara kedua tangan ibu merangkul kepalaku dengan lengan di atas bahuku. Kami bertatapan beberapa saat. Wajah ibu yang cantik tampak penuh kasih sayang, namun matanya menyinarkan suatu pandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, pandangan birahi.
Bau tubuh ibu lama kelamaan tercium lagi, karena beberapa menit kami berangkulan, kami mulai berkeringat.
“tubuh ibu harum….”
Ibu hanya tersenyum.
“ibu cantik sekali kalau tersenyum. Ajang…. Ajang jatuh cinta sama ibu……..”
Ibu tertawa kecil,
“Kamu sih bukan jatuh cinta, tapi nafsu. Anak seusia kamu itu cuma memek aja pikirannya.”
Saat itu kontolku sudah mengeras lagi. Kata ibu,
“tuh, kan?”
Aku tersipu malu, namun tetap menatap wajah ibu.
“Ajang cinta ibu. Ajang akan ngelakuin apa saja agar ibu jadi milik Ajang. Ajang ga mau ibu disentuh laki-laki lain. Sekalipun itu ayah. Ajang mau ibu jadi milik Ajang seorang.”
“Terus, kamu mau menikahi ibumu sendiri?”
Aku kecup bibir ibu dan berkata,
“Iya…… Ajang mau tubuh yang sekarang Ajang peluk menjadi milik Ajang seorang. Ajang mau ibu jadi isteri Ajang untuk selamanya.”
“Mana bisa? Apa kata orang-orang, Jang?”
“Ajang ga mau tahu….. Pokoknya Ajang akan nikahin ibu. Lihat aja nanti…..”
Lalu sambil agak mendongak, karena ibu lebih tinggi, aku pegang kepala ibu lalu menariknya, untuk aku jilati bibir ibu. Aku terobsesi film jepang yang ciumannya pake lidah. Tahu-tahu ibu ikut mengeluarkan lidahnya dan menjilati lidahku yang sedang menyapu bibirnya itu. Lidah kami asyik bersentuhan saling menggesek dan menekan. Terkadang kami mengecupkan bibir kami. Makin lama ciuman dan jilatan kami makin intens. Ibu menjulurkan lidahnya yang penuh liur, lalu aku perlahan menjilat lidah ibu sehingga ketika kepalaku aku mundurkan, ludah ibu yang menempel di lidahku tertarik membentuk tali ludah dari lidahnya ke lidahku. Ketika tali itu putus, sebagian lidah ibu jatuh di dagunya. Aku jilati dagu ibu untuk tidak menyia-nyiakan ludah ibu yang nikmat.
“suka ludah ibu?”
Aku hanya mengangguk sambil terus melumat dagu dan bibirnya. Ibu menangkap kepalaku, menahannya di hadapan wajahnya. Ibu memainkan mulutnya dan terlihat ia sedang mengumpulkan ludah. Aku membuka mulutku lebar-lebar. Lalu ibu perlahan meludahi lidahku yang terbentang. Perlahan ludah ibu yang berbusa masuk ke mulutku. Setelah semuanya jatuh ke mulutku, aku memainkan ludah ibu lalu menelannya. Ibu tampak senang melihat aku menelan ludahnya.
Lalu kami berciuman lagi, tapi kini kami bagaikan kesetanan, dengan penuh nafsu bibir kami saling mengecup dan lidah kami saling menjilat. Terkadang aku menjilati wajah ibu yang tak mau kalah juga gantian menjilati wajahku. Pelukan kami makin erat, dan keringat kami makin membanjir. Aku jilati leher ibu yang asin namun ibu melawan dan menjilati bahuku dengan nafsu. Kujilati bahu kanan ibu dan gantian ibu menjilati leherku.
Kurasakan memek ibu sudah basah menggencet kontolku yang bersandar pada jembutku sendiri. Ibu menggesek-gesek batang kontolku dengan klitorisnya. Dengusan kami terdengar makin memburu, bagaikan dua binatang yang sedang birahi. Ketika pundak ibu kujilati, kucium bau tubuh ibu yang keluar dari ketiak kanannya itu. Dengan tangan kiri aku angkat tangan kanannya dan mendapati ketiak ibu yang putih itu dihiasi sedikit bulu yang ikal di bagian tengahnya. Bulu ketiak yang sudah basah terkena keringat. Kupentangkan lidah lebar-lebar dan mulai menjilati bulu ketiak ibu yang ikal dan jarang itu. Rasa asin terkecap lidahku, sementara bau badan ibu menyergap langsung hidungku. Kujilati ketiak ibu itu dengan penuh nafsu. Terkadang aku hisap bulu ketiak ibu bagaikan aku sedang menghisap sisa daging buah Mangga yang tertinggal di bijinya.
“Auuuhhsssssshhhhh……” lenguh ibu ketika aku mencicipi ketiak ibu. Ibu kemudian menaikkan tubuhnya, mengarahkan kontolku ke lubang surgawinya, lalu setelah kepala kontolku sudah pada posisi di depan lubang itu, ibu menghenyakkan diri ke pangkuanku sehingga kontolku amblas ke dalam kemaluan ibu kandungku sendiri dalam satu gerakan yang cepat. Kemudian ibu mulai menggenjoti kontolku dengan menggerakkan tubuhnya naik turun.
Ibu memegang kepalaku dan mulai menjilati wajahku bagaikan anjing yang kehausan. Ibu mengenyoti hidungku dengan rakus lalu mencolok-colok hidungku dengan lidahnya. Kini aku hafal bau mulut ibu. Bau mulut yang memabukkan. Ketika lidahnya menjilati bibirku, aku segera menangkap lidahnya dengan mulutku, lalu aku hisap kuat-kuat lidah ibu. Ibu mengerang sambil terus menggenjot kontolku.
Walaupun tidak sesempit anusnya, memek ibuku ini memiliki sensasi sendiri. Memek ibu cukup sempit, namun begitu hangat dan licin. Selain itu, memek ibu dapat membuka dan menutup, mencengkram dan mengendur, istilahnya empot-empot ayam. Cairan memeknya begitu banyaknya sehingga kontolku bagaikan sedang mandi sauna.
Giliran lidahku menjilati wajah ibu. Setiap jengkalnya, pipi, dagu, jidat bahkan bagian dalam telinga dan hidung yang terjangkau lidahku sudah aku sapu habis. Ibu harus menundukkan wajahnya karena aku lebih pendek. Kemudian ibu menarik kepalanya keatas dan duduk tegak, membusungkan dadanya sambil berkata,
“isep pentil ibumu, nak. Dulu ibu ga pernah neteki kamu, makanya dada ibu masih mancung dan pentilnya ga besar. Sekarang kamu boleh netek sama ibu.”
Aku jilati dada ibu dengan penuh nafsu. Keringatnya yang asin bagaikan bumbu penyedap bagi nafsu binatangku ini. Kemudian, aku mulai menyedot-nyedot payudara ibu. Aku sedot dan cupang sekeliling pentil ibu sehingga setelah beberapa lama kedua payudara ibu terlihat bagaikan orang cacar, merah di sana-sini.
Setelah lama mencupangi payudaranya, aku mulai menghisapi pentil susu ibu. Ibu melengkungkan tubuhnya dan melenguh keras, tanda bahwa ia suka disedot putingnya. Gerakan tubuh naik turun ibu semakin lama semakin cepat, aku juga sudah merasakan bahwa tak lama lagi pertahananku akan jebol. Aku coba untuk mengalihkan perhatianku dengan memikirkan pelajaran matematika, namun efeknya hanya sedikit saja, berhubung kontolku yang sedang dientoti ibu berkali-kali mengalihkan perhatianku dari upayaku untuk mengalihkan perhatian daripadanya (bingung ga? Silahkan dipikirkan dalam-dalam — Pemanah Rajawali).
Akhirnya, dalam satu lenguhan panjang dan keras, ibuku mencapai orgasme lagi. Memeknya bagai bergetar dan cairan memeknya membanjiri kontolku, membuat aku tak sanggup lagi menahan klimaksku. Aku menyemprotkan spermaku di dalam memek ibu untuk kedua kalinya.
Setelah itu, perhubungan kami berdua tidak sama lagi, kami bagaikan pengantin baru yang selalu berhubungan badan bila ada kesempatan. Ibu akhirnya cerai dengan ayah dikarenakan ayah mendapati tubuh ibu penuh cupangan. Ayah meminta identitas lelaki yang berselingkuh dengan ibu, namun ibu tidak bersedia. Akhirnya ayah memutuskan untuk cerai. Ayah berharap aku ikut dengannya, namun aku menolak. Akhirnya kami pindah rumah, setelah perceraian. Ibu memiliki setengah harta dari ayah sehingga kami hidup berkecukupan.
Ibu hamil anak pertamaku setelah tiga bulan semenjak kami berhubungan badan. Setelah itu, agar tidak dibicarakan orang, ibu memakai alat kontrasepsi. Selepas sma aku dapat beasiswa kuliah di singapura. Maka aku belajar di sana hingga aku lulus. Kebetulan ada tawaran kerja di sana, maka aku terima. Ibu akhirnya tinggal denganku. Di sana tidak ada teman keluarga kami, dan kami hidup bersama hingga ibu beberapa kali hamil olehku dan melahirkan di sana. Selepas 10 tahun bekerja aku menjadi warga negara singapura dengan seorang isteri dan 5 orang anak.
Setelah melahirkan anak pertama, ibu tidak selangsing dulu. Namun juga tidak gembrot. Tubuh ibu menjadi bahenol dengan lekuk yang menggairahkan, apalagi kedua payudara ibu kini makin besar karena menyusui, ia menyusui bayinya dan anak pertamanya. Hidup bagiku tak mungkin melebihi indahnya hidupku saat ini.
Tamat
Share:

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Labels

Adik ipar adult Apotek Penjual Cytotec Di Semarang Barat Belia berhubungan badan Bokep cara membuat anak Cerita Cerita Dewasa Cytotec Di Batam Daun Muda Download Bokep Untuk HP Terbaru Film Film Baru 2016 Film Dewasa Film Semi Guru hardcore Hot Info hubungan pribadi janda jual klg pills Jual Obat Aborsi Batam Jual Obat Aborsi Cod Jakarta Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Malang Jual Obat Aborsi Cytotec Di Denpasar Jual Obat Aborsi Cytotec Di Makasar jual obat aborsi cytotec jepara Jual Obat Aborsi Cytotec Surabaya Jual Obat Aborsi Denpasar Jual Obat Aborsi Denpasar Bali Jual Obat Aborsi Di Batam Jual Obat Aborsi Di Jakarta jual obat aborsi di jepara Jual Obat Aborsi Di Jombang Jual Obat Aborsi Di Makasar Jual Obat ABorsi Di Malang Jawa Timur Jual Obat Aborsi Jakarta Jual obat aborsi jepara Jual Obat Aborsi Jombang Jual Obat Aborsi Lamongan Jual Obat Aborsi Lamongan Jawa Timur Jual Obat Aborsi Makasar Jual Obat Aborsi Malang Jual Obat Aborsi Semarang Jual Obat Aborsi Surabaya jual obat bius hirup jual obat bius semprot jual obat bius serbuk Jual Obat Cytotec Lamongan jual obat pembesar klg klg herbal klg pills Lainnya love Mahasiswi malam pertama mengandung mesum 2017 ngentot mama Obat Aborsi Asli Batam Obat Aborsi Cytotec Jombang Obat Aborsi Cytotec Semarang Obat Aborsi Cytotec Surabaya Obat Aborsi Denpasar Bali Obat Aborsi Di Kota Batam Obat Aborsi Jombang obat bius obat bius bekap obat bius chloroform obat bius pingsan obat bius spray obat bius wanita Obat Cytotec Di Jombang obat klg Obat Perangsang Obat Telat Bulan Semarang Obat Tidur obat tidur murah pembesar penis klg Pemerkosaan Perawan Perselingkuhan Pesta Sexs relationships Sedarah Setengah Baya sex Sex Sekolah sex smp Tante Teman tetangga Threesome Toko Obat Cytotec Di Jakarta

sponsor

sponsor

Banner

Labels

Popular Post

Labels

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.