Kisah Terlarang antara aku dan Bunda

Hujan turun lebat sekali hingga membuat jarak pandang menjadi sangant terbatas. Wawan berusaha keras untuk melihat jalanan didepannya dari .
Ibunya, Krista duduk di kursi sampingnya mengintip keluar berusaha menembus derasnya hujan yang turun. Setiap beberapa saat, Krista menoleh dan memandang ke luar jendela belakang selama beberapa detik kemudian melihat kembali ke depan.
“Bunda berharap bahwa mereka baik-baik saja,” ia bergumam.
“Oh, mereka akan baik-baik saja Bunda,” kata Wawan, dalam hati ia berharap bahwa ia benar.
Seluruh keluarga Wawan sedang berlibur di daerah pegunungan saat itu. Tony (ayah Wawan), Kania (adiknya Krista), dan
Adik kecil wawan, Marsya berada di mobil kedua di belakang mereka. Mereka memakai dua mobil karena Kania harus pulang pada hari Selasa. Sedangkan Wawan, Krista,
Tony, dan Marsya berencana untuk pulang hari Jumat berikutnya.
Ketika mereka keluar tadi pagi, memang sudah mulai gerimis,
tapi tak lama kemudian berubah menjadi hujan yang lebat. Hujan
terus mengguyur dengan derasnya sepanjang pagi dan membuat perjalalanan mereka mejadi agak berat.
Mereka lalu berhenti tukang jual bensin pertama yang dapat mereka temui sekitar pukul dua belas. Mereka lalu
mengisi bahan bakar dan makan bekal yang mereka bawa. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Kim ingin sikecil marsya semobil dengannya , Kania sangat menyukai keponakannya yang baru ini, sisa perjalalan hanya sekitar satu jam lagi sebelum mereka sampai di tempat tujuan, mereka pikir memisahkan Marsya yang berumur satu bulan dengan ibunya tdaklah masalah. Karan tak sabar ingin sampai tujuan, Wawan dan Krista yang semobil melanjutkan perjalalan lebih dulu dari pada Tony dan yang lain. Mereka belum melihat mobil Tony ada dibelakang mereka sejak tadi.
Sambil, Wawan melirik arlojinya, sudah sekitar satu jam sejak
mereka berhenti taadi.
“Wawan pikir tadi aku lihat Ayah matiin lampu mobilnya,” katanya, memperlambat mobil.
ÔÇÖ Wawan lalu mengarahkan mobilnya keluar dari jalan besar menuju jalan yang lebih kecil.
“Hati-hati nyetirnya wan, liat jalan yang bener ya” bundanya mengingatkan, “jangan sampe kejebak lumpur-lumpurntar ga bisa keluar lagi”
“Ok Bun,” ia tertawa gugup.
Mereka menyusuri jalan sampai mereka tiba di sebuah jembatan reyot. Wawan Menghentikan
mobil, lalu keluar dari mobil dan berjalan ke arah jembatan dan melihat ke bawah. sungai, yang biasanya tenang dan lambat sekarang menderu dalam, berlumpur. Gelombang air menabrak tiang jembatan. Mereka tampak agak rapuh, tetapi mereka sepertinya masih cukup kuat.
“Bagaimana wan?” “Heh..,” Wawan agak terkejut, tidak tahu bundanya telah di belakangnya.
“Bisa dilewatin ngga kia-kira wan?”
“Eh, Kayaknya bisa Bun,” ia bergumam, “Kalo menurut Bunda?”
“yah kayaknya sih bisa,” Kata Krista, “rasanya cukup kokoh.”
“Oke, kita coba Bun,”.
“Haduh Bunda basah kuyup deh” Bundanya tertawa saat mereka kembali ke mobil, “Bunda ngga sabar untuk sampai ke pondok dan nyalain perapian.”
“Siap-siap Bunda” kata Wawan, memasukkan gigi satu dan perlahan-lahan menuju ke jembatan.
Jembatan tampaknya kokoh ketika mereka di atasnya.
Jembatannya kira-kira cuma sepanjang lima belas meter, tapi butuh mereka dua atau tiga menit untuk sampai tiga-perempatnya.
Kemudian, tiba-tiba, tanpa peringatan, mereka merasa jembatan bergoyang dan ada yang bergeser di bawah mereka.
“Oh, Tuhan,” Krista berteriak “jembatannya mau runtuh.”
Wawan langsung tancap gas. Pada saat-saat terakhir jembatan mau runtuh , akhirnya Mobil bisa mnyeberang dengan selamat.
Jembatan itu akhirnya runtuh ke dalam air di belakang mereka. Dewi Keberuntungan masih berpihak ke mereka.
Wawan menginjak rem, berusaha untuk menjaga mobil tidak keluar dari jalandan masuk kedalam lumpur. Setelah meluncur beberapa meter, mobil akhirnya
berhenti hanya beberapa sentimeter dari bahu jalan yang berlumpur.
Wawan duduk tak bergerak, tangannya berada di stir untuk
beberapa saat. Akhirnya, ia memandang ke arah bundaya. Dia tampak pucat, duduk menatap keluar ke hujan deras. Akhirnya ia berpaling dan memandang ke arah Wawan dan tersenyum lemah.
ÔÇØYa, Tuhan, nyaris.,” bundaya mendesah.
“iya nyaris Bun,” kata Wawan.
Setelah beberapa menit, tangannya sudah berhenti gemetar, wawan
membuka pintu mobil. ia melangkah keluar ke hujan lebat
sekali lagi, Bundanya juga melangkah keluar dari mobil.
Keduanya melangkah terhuyung-huyung kembali ke tempat yang tadinya jembatan berdir yang sekarang telah rubuh.
“Telat sedikit aja kita pasti jatuh Bunda, nyarus banget” Kata wawan.
Tak satu pun dari mereka berbicara selama beberapa saat ketika mereka menatap ke sungai di bawah.
“Oh, itu mobilnya ayah” tiba-tiba bundanya berseru.
“Cepet telpon ayah.. bunda!! ” teriak Wawan saat ia mulai
melambaikan tangannya dengan panik, mencoba untuk membuat mereka berhenti sebelum mereka jatuh ke sungai.
Krista berbalik dan berlari menembus hujan menuju mobil. Membuka tasnya, dan langsung menelepon Tony.
“Ayo, angkat dong ayah,” gumamnya, menatap ke arah mobil yang perlahan-lahan mendekati sungai.
“Halo, ada apa mbak,” akhirnya dijawab Kania adiknya.
“Awas Nia di depan jembatannya rubuh.”
“Ya, Kita lihat Wawan melambaikan tangan.”
Tidak seorang pun berbicara untuk beberapa saat karena mereka semua menyaksikan Wawan dengan letih dan lesu berjalan kembali ke mobilnya.
ÔÇØNah, sekarang gimana Bunda?” ia bertanya, sudah kembali di balik kemudi.
“Bunda ngga tahu,” Krista bergumam, mencoba berpikir apa yang harus dilakukan.
Jelas bahwa rombongan Tony tidak akan bisa menyeberangi
sungai dalam waktu dekat. Mereka bisa berbalik dan kembali mencari tempat penginapan terdekat untuk bermalam. Meskipun Krista masih menyusui Marsya, ia telah
menyiapkan cukup banyak susu formula sehingga tidak akan menjadi masalah untuk beberapa waktu ke depan. Walaupun dia tidak tahu pasti berapa lama ia akan dipisahkan dari bayinya. Dia dan Wawan punya banyak makanan, sehingga mereka bisa pergi ke pondok dan tinggal di sana sampai seseorang membawa mereka keluar dari sana.
Krista mendiskusikan alternative-alternatif dengan Tony selama beberapa menit. Akhirnya Tony setuju bahwa dia, Kania, dan Marsya akan kembali ke tempat penginapan terdekat dan bermalam di sana. Tony akan melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwajib istri dan anaknya terdampar disana. Dia akan memberi tahu istrinya apa rencananya untuk menyelamatkannya.
Krista lalu menutup telepon, dia menjelaskan kepada Wawan apa yang mereka telah putuskan.
Wawan memandang ke kaca spion. Keduanya memperhatikan dengan cemas ketika Tony perlahan-lahan dengan hati-hati mundur.
sepertinya berjam-jam lamanya, namun akhirnya mobil ayahnya mundur ke jalan raya dan menghilang di hujan deras.
“Yah kita berdua aja deh wan,” Krista menyeringai tegang.
“Yah begitulah Bunda” jawab Wawan.
Akhirnya mereka berhenti di depan pondok dan keduanya duduk mengamati hujan yang turun di kap mobilnya. Perjalanan ke pondok rasanya lama sekali, Wawan cuma bisa memacu mobilnya kira-kira lima kilometer per jam.
Hujan tampaknya tambah lama tambah lebat.
“Tetek Bunda sakit nih sakit Wan. “
“Maaf?” Wawan tersipu, tak percaya apa yang didengarnya.
ÔÇ£Jangan kayak pemalu ah,” sergah Krista, “sudah
hampir lima jam sejak Bunda netekin Marsya terakhir kali dan sekarang tetek bunda rasanya penuh dan sakit. “
“BUNDA,” kata Wawan terbata-bata, Wajahnya memerah “malukan ..!!!!”
“Oke, Mr ,” Krista tertawa lalu membuka pintu mobil, “ayo kita turunin barang-barang dari mobil”
Wawan melangkah keluar ke hujan, dengan wajah memerah. Dia tidak percaya apa yang bundanya katakan barusan. Lagi pula, itukan ibunya dan ia belum siap untuk mendengarnya.
Berhenti sejenak, ia berdiri di tengah hujan lebat memikirkan
payudara bundanya. membayangkan payudaranya, besar dan bengkak, penuh susu mengirim gairah tersendiri ke dalam pikirannya. Gemetar, ia
melihat ke atas dan membiarkan basah dingin air hujan menerpa ke wajahnya, berharap hal itu akan mencuci pikiran kotor dari otaknya.
Akhirnya, ia memandang dan melihat bundanya dengan tidak sabar berdiri di belakang mobil. Memalukan pikirnya, ia berlari dan membuka bagasi. Keduanya meraih sebanyak yang mereka bisa dan bergegas ke pondok. Dia menurunkan bawaannya di teras dan kembali ke mobil sementara bundanya membuka pintu Pondok.
Bundanya tinggal di dalam sementara ia berjalan mondar-mandir bongkar muat mobil. Butuh waktu tiga puluh menit di bawah siraman hujan untuk menurunkan semua barang-barang yang mereka bawa, tetapi ia terus memikirkan apa yang dikatakan ibunya tadi.
Bundanya menata barang-barang serapi mungkin
“Nih tas Kamu Wan” Kata sang bunda sambil menyerahkan tasnya,
“Cepet ganti pakian yang kering sebelum nanti kamu masuk angin, trus kamu nyalain api unggunnya, sementara Bunda ganti baju”
Dia menendang lepas sepatunya yang berlumpur dan berjalan basah-basah ke dalam satu kamar mandi di pondok. Ia lalu melepaskan semua pakaiannya yang basah, rasanya seperti dia baru saja mandi air es. Memandang dirinya di cermin, pikirannya tiba-tiba kembali ke bundanya. Ia membayangkan Bundanya sedang telanjang. Tersipu-sipu malu, kemaluannya menjadi berdiri dari mulai membengkak.
Marah pada diri sendiri karena memikirkan pikiran-pikiran seperti itu, ia mengeringkan rambutnya dan mengeluarkan sepasang celana pendek longgar dan sweter. Sebuah kombinasi yang aneh, pikirnya, tetapi setelah ia mendapat menyalakan api unggun, akan terasa betapa hangatnya pondok kecil itu.
Pondok itu hanya memiliki empat ruangan. Dua kamar tidur, kamar mandi dan sebuah kombinasi ruang tengah, dapur, ruang tamu. Perapian batu besar akan membuat seluruh pondok hangat dalam waktu kurang lebih satu jam, kalau dia tidak salah.
Melangkah keluar dari kamar mandi, ia melihat bahwa bundanya sedang menunggu dengan sabar sampai ia selesai.
“lama amat sih” kata bundanya dan melangkah dengan mantap menuju
kamar mandi. “Bunda pikir kamu pingsan di sana.”
“Bunda kayak tikus kecebur got” Wawan tertawa ketika bundanya berjalan dengan rambutnya yang lepek.
Walaupun basah kutup bundanya masih terlihat cantik, pikirnya, saat dia
mulai menyalakan api unggun. Wawan jadi tersipu-sipu saat memikirkan hal itu. Tubuhnya tampak seksi untuk wanita semumurannya untuk usianya. Wawan punya banyak kesempatan untuk melihat tubuh bundanya selama liburan di Bali waktu itu ketika bundanya bermalas-malasan di tepi pantai dalam pakaian renang. Tapi itu sebelum Bundanya hamil Marsya. Ia belum pernah melihat sosoknya dalam swimsuit
sejak Marsya lahir, jadi dia benar-benar tidak tahu apa rupanya
sekarang.
Kemudian, Wawan memarahi dirinya sendiri karena telah membayangkan ibunya seperti itu.
Dia bisa mendengar suara pancuran bundanya ketika ia sedang berusaha untuk menyalakan api.
Membayangkan tubuh bundanya, ia ingin menyelinap dan mengintip
melalui lubang kunci. Kembali ia Memarahi diri sendiri karena berpikir seperti itu.
Untungnya, ia dan ayahnya telah mempersipkan pasokan kayu untuk seminggu saat terakhir kali mereka di pondok. Api kecil akhirnya mulai
menjilat di kayu dan tak lama kemudian api berkobar. Berjongkok di depan api, ia menusuk-nusuk tumpukan kayu saat pikirannya kembali kepada bundanya. Ia mendengar teman-temannya ngomongin tentang wanita hamil dan wanita menyusui. Mereka mengatakan bahwa payudara wanita menyusui menjadi besar dan penuh susu dan sebagainya. Mereka bahkan mengatakan bahwa jika seorang wanita tidak punya bayi untuk mengisap payudaranya, mereka akan kesakitan. Wawan belum
pernah benar-benar membayangkan bundanya seperti itu sampai ia melihat bundanya menyusui Marsya
satu hari. Tersipu-sipu, ia segera berdiri dan
mulai merapikan dirinya.
Saat ia meraih kemaluannya melalui celana untuk membetulkan posisinya itu, bundanya melangkah keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan mandi jubah mandi warna pink dan mengeringkan rambutnya dengan handuk putih besar.
Keduanya berpandangan selama beberapa saat. Kemudian, Wawan berpaling dan membetulkan posisi kemaluannya yang bengkak ke posisi yang lebih nyaman.
“kamu baik-baik aja, sayang?” tanya bundanya, berjalan ke arahnya dengan kedua lengannya di atas kepalanya mengeringkan rambutnya.
“Uh, Yeah, eh, baik bunda,” gumamnya, melihat ke arah bundanya.
Ketika Bundanya berjalan menyeberangi ruangan menuju ke arahnya ia tidak bisa mengontrol matanya memandangi payudara bundanya yang montok. Dalam keadaan bengkak, payudaranya tampak besar.
“kamu yakin kamu baik-baik aja?” ia tersenyum padanya dengan pandangan bertanya pada wajahnya, “Muka kamu kok merah? “
“Ya, eh, mungkin kena panasnya api unggun” ia bergumam, ” Wawan terlalu dekat.”
“Oh,” katanya, melangkah ke sampingnya dan menjatuhkan handuk ke
lantai.
Krista tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat ketika ia berdiri di samping wawan untuk menghangatkan tangannya. Wawan takut untuk bergerak dan berdiri menunggu dengan cemas. Saat ia menunggu, ia tidak bisa menahan diri untuk melirik kembali ke arah gundukan
payudara bundanya di bawah baju mandi yang tebal dan lembut.
Apakah bundanya ngga pake apa-apa lagi di balik itu, ia
bertanya-tanya dan merasakan penisnya berkedut lagi.
ÔÇØMinum anggur yuk wan biar badan kita hangat” Bundanya berkata.
“Eh, Tentu Bunda, Ide bagus,”
“Bunda belum ngucapin terimakasih ke kamu nih atas yang kamu lakuin tadi”katanya pelan, membungkuk dan memberinya ciuman lembut, penuh kasih di pipi. “kamu mungkin udah nyelamatin hidup kita.”
Ah Bunda,” katanya merendah dan wajahnya memerah sekali lagi.
“Sungguh,” ia tersenyum padanya, “kita mungkin akan jatuh ke sungai kalo kamu ngga bereaksi begitu cepat. “
“Siapa pun akan melakukan hal yang sama,” katanya, berharap bundanya tidak akan melihat tonjolan di celana pendeknya saat ia bergegas ke lemari.
Ia menemukan beberapa botol anggur di lemari dan mengambil satu. Saat
ia berjuang untuk membukanya, ia diam-diam melihat bundanya.
Dari sudut matanya. Dia sedang membungkuk, membiarkan hangtnya api mengeringkan, rambutnya yang hitam ikal sebahu. Jubahnya agak terbuka cukup untuk memberinya satu payudaranya yang besar. Jadi bunda ngga pake apa-apa lagi di balik jubahnya, pikirnya dan penisnya mengeras lagi dan dia hampir menjatuhkan botol anggurnya.
“Susah ya wan?” Bundanya bertanya dari seberang ruangan.
“Eh, ngga, itu,, gabusnya, eh, hanya sedikit keras,” dia bergumam.
“Perlu bantuan, Sayang,” ia bertanya, sambil sedikit membungkuk sehingga jubahnya terbuka lebih lebar.
“Eh, ngga Bunda” ia menelan ludah, berusaha untuk menjaga matanya terpaku pada besar-nya kedua payudaranya dan membuka sumbat botol pada waktu yang sama.
Ia bisa melihat hampir seluruh payudaranya yang putih dan besar sampai ke aerolanya. Berusaha untuk bisa melihat
lebih, tapi tidak sampai bisa melihat putingnya.
“Bunda udah Haus nih Wan” kata Bundanya akhirnya.
Perhatiannya dari payudara Bundanya pun buyar, ia mendongak dan melihat bahwa Bundanya telah memergokinya. Dia tersipu malu ketika ia menyadari bahwa bundanya telah memergokinya tapi tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya.
“Kamu suka sam tetek bunda wan? ” kata bundanya, akhirnya bundanya menutup jubahnya.
“BUNDA,” sergah wawan, pikirannya dalam gejolak kebingungan.
“Yah, tadi kamu ngeliatin kan?”
Ia tidak bisa berbicara. Malu .. ia tidak bisa
menemukan kata-kata untuk mengungkapkan malu.
Wawan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi untuk beberapa saat.
Tangannya gemetaran sekali, dia butuh waktu lama untuk mengisi gelas
dengan anggur. Masih dengan muka memerah, perlahan-lahan kembali ke tempat bundanya dan memberikan segelas dengan gemetar.
ÔÇØNgga apa-apa kok wan,” Marcia tersenyum lembut sambil mengulurkan tangannya dan memegang tangan anaknya
untuk menghentikan gemetarannya.
Wawan tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan. Marcia akhirnya mengambil gelas anggur dari tangan anaknya yang tampaknya membeku. Dengan tersenyum hangat, Marcia perlahan meneguk anggurnya.
Wawan lalu meminum anggurnya, dan hampir
mengosongkan gelasnya di tegukan pertama.
“Wah, kamu haus sekali kayaknya ya wan ” ia tertawa hangat.
“Iya nih bunda” serunya sambil menghabiskan minumannya.
Menggunakan gelasnya yang kosong sebagai alasan untuk meninggalkan bundanya, sekali lagi, ia berjalan kembali ke rak botol.
Sambil Mengisi gelasnya, ia menoleh dan melihat bahwa ibunya sedang duduk di
sofa di depan perapian. Dia punya kaki yang indah , Budanya tersenyum hangat padanya.
ÔÇØAyo ke sini wan duduk samping Bunda” ia tersenyum padanya, sambil menepuk sofanya.
“Eh, eh, oke bunda,” gumam Wawan, ia lalu tersandung dan hampir jatuh ketika ia berjalan ke arah bundanya.
“Bawa sekalian botolnya wan,” katanya.
Wawan lalu kembali dan mengmbil botolnya, menghampiri dan duduk di sofa di samping Bundanya. Udara dipenuhi dengan aroma segar sabun mandi mereka ketika mereka berdua duduk didepan perapian. Waktu berlalu perlahan ketika mereka mengobrol berdua sambil
menghabiskan sebotol anggur.
“Kamu mau tiduran di pangkuan Bunda wan, kayak kamu masih kecil dulu? “akhirnya Marcia bertanya kepada wawan.
“Eh, eh, iya Bunda,” katanya, sambil menaruh gelasnya yang kosong di lantai, Wawan pun merebahkan kepalanya di lembutnya pangkuan Ibunda. Harum tubuh Bundanya yang habis mandi membawanya kembali kenangan indah masa kecilnya ketika ia berbaring memandangi wajah Bundanya. Dia melihat senyum Bundanya yang terasa hangat sambil perlahan-lahan jari lentiknya mengelus rambutnya. Payudaranya, sumber makanan ketika dia Kecil dulu alu kini mencuat hanya beberapa senti di atas wajahnya. Hanya kain handuk penutup yang tebal, putih dan lembut yang menyembunyikan payudara bundanya dari matanya.
Tenggelam dalam aroma yang menyenangkan, wawan perlahan-lahan menutup matanya. Mendengarkan suara hujan membasahi jendela, ia jadi
mengantuk. Rileks karena anggur, api, hujan dan aroba bundanya yang hampir memabukkan, Wawan pun perlahan-lahan hanyut dalam alam mimpi.
Wawan tidak tahu berapa lama ia telah tertidur, tetapi ia masih bisa mendengar
bunyi rintik hujan ketika ia perlahan-lahan kembali terjaga. Tiba-tiba ia menyadari bahwa pipinya basah. Apa atapnya bocor ya? ia bertanya-tanya. Pantas lah bocor kalo hujannya sederas itu, pikirnya. Perlahan-lahan, ia membuka mata dan
mendapati dirinya menatap bundanya yang bertelanjang dada. Terpana, ia melihat bahwa
jubah ibunya entah bagaimana telah terbuka dan memamerkan payudaranya. Tidak percaya dengan yang dilihatnya, ia melihat putting susu bundanya telah menempel di pipinya. Lalu ia melihat tetesan kecil air susu keluar dari putingnya. Terpesona ia melihat aliran kecil air susu ibu meresap keluar putting bundanya dan mengalir melengkug kebawah iayudara bundanya yang indah.
Segera saja dia merasa kemaluannya membengkak keras ketika ia
ternganga dengan penuh pesona. Wawan menjadi takut untuk bergerak. Akhirnya, ia mengalihkan pandangannya dari payudara bundanya dan melihat bahwa rupanya bundanya telah ketiduran juga. Bundanya ketiduran dengan pipi menempel di bahunya.
Cepat-cepat melihat kembali turun ke payudaranya, ia benar-benar terpesona dengan payudara bundanya. Sekarang dia begitu dekat dengan payudara bundanya, dia bahkan bisa
melihat urat-urat biru halusnya.
Apa rasanya ya mengisap putting susu bundanya, ia bertanya-tanya dalam hati. Tidak, ia tidak bisa melakukan itu, pikirnya. Itu sudah kelewatan. Apa yang akan Bundanya katakan kalau ia terbangun
dan menemukan dia mengisap payudaranya? Dia mungkin akan membunuhnya. Menatap ke arah puting merah muda bundanya, ia tidak bisa menahan diri dari mulai menghadapkan kepalanya ke arah bundanya. Bibirnya bergerak pernah mendekati buah terlarang itu. Akhirnya,
puting bundanya yang agak membengkak itu menyentuh bibirnya.
Kemudian setetes susu bundanya jatuh menetes ke bibirnya, ia menjadi begitu bergairah, ia seperti mau ejakulasi. Dia belum pernah
merasakan gairah seperti itu. Seluruh tubuhnya berdenyut-denyut seperti dialiri listrik ketika ia perlahan-lahan membuka mulutnya. Saat bibirnya membuka, puting bengkak bundanya menyelinap di antara bibirnya. Dia tidak bergerak selama beberapa saat, tapi akhirnya ia dengan lembut mengisap putingnya.
Untuk sesaat, tidak terjadi apa-apa. Lalu ia melihat bundanya berkedip lalu membuka matanya. Takut atas apa yang akan dilakukan bundanya, ia berbaring diam sebisa mungkin. Kemudian tiba-tiba bundanya memandang ke arahnya. Wawan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Waktu seakan berhenti saat tatapan mata mereka bertemu untuk waktu yang lama.
Akhirnya, bundanya menarik kepalanya ke arahnya membuat puting susunya masuk lebih jauh ke dalam mulutnya.
“Boleh kok wan” bisiknya, menekan wajahnya ke payudaranya yang lembut. “Netek sama bunda.tetek bunda udah sakit banget penuh susu, kalo bunda netekin kamu mungkin sakitnya bisa ilang.”
Wawan tertegun dan tidak melakukan apa pun untuk sesaat. Lalu tersadar bahwa bundanya ingin ia mentek padanya, perlahan-lahan wawan mulai mengisap putting bundanya yang keliatan membengkang.
Ketika ia mulai mengisap, ia agak kecewa karena Cuma sedikit susu yang keluar, Berharap akan ada lebih banyak susu, ia bertanya-tanya apa yang dia lakukan salah. Kemudian, ketika ia mulai mengisap lebih keras, ia kaget ketika susu tiba-tiba mulai keluar banyak dari putting bundanya.
Melihat bundanya tersenyum senang ke arahnya, ia mulai menghisapnya dengan lebih keras ketika susu Bundanya mulai menyembur ke dalam mulutnya. Rasa dari ASI bundanya membuatnya terhanyut terkenang ke masa kecilnya. Dia sekarang seperti kembali menjadi
bayi kecil, mengisap payudara bundanya dengan sangat lahap. Ada sedikit susu keluar dari mulutnya dan menetes ke dagunya. Tanpa sadar wawan mengangkat tangannya hingga ke payudaranya bundanya dan tanganya seperti memerah payudara bundanya yang sedang dihisapnya.
“Oh,.. Bayi, bunda.habisin semua susu bunda sayang biar sakitbya hilang,” bundanya menekan wajahnya lebih erat ke payudaranya.
Ketika dia mengisap, dia bisa merasakan bengkaknya payudara bundanya perlahan-lahan
berkurang dan tubuhnya pun mulai tenang.
Setelah beberapa menit, wawan menjadi sangat kecewa ketika aliran susu melambat dan menjadi tetesan dan kemudian berhenti. Sedih bahwa payudara itu kini kosong dan sekarang tidak ada alasan untuk
dia melanjutkan mengisap payudaranya, ia merasa bundanya menggeser tubuhnya dan putting bundanya pun terlepas dari mulutnya.
Seperti anak bayi yang kehilangan empengnya, bibirnya terus bergerak mencari payudaranya bundanya.
Kemudian, ia menyaksikan dengan takjub ketika bundanya membuka jubahnya dan mengeluarkan payudaranya yang satunya. Bundanya lalu menyodorkan payudaranya itu ke mulutnya.. Sama seperti sebelumnya, ketika ia mulai mengisap putingnya, perlu waktu beberapa saat sebelum susunya melimpah mengalir. Seperti bayi yang kelaparan, ia menarik-narik puting bundanya dengan bibirnya dan mulutnya berusaha untuk mengisap lebih banyak susu ke dalam mulutnya.
“Oh, sayang, Bayi bunda,” gumam bundanya sambil terus menyusuinya padanya.
Penis Wawan panas membengkak berdenyut-denyut, ia tahu bahwa ia
tidak bisa menjaga dari akan ejakulasi tidak lama lagi. Dia belum pernah sekeras ini.
Dia belum pernah sebegitu terangsangnya seperti ini oleh apa pun dalam hidupnya.
Ketika dia mengisap dan mengisap, sekali lagi ia kecewa ketika aliran
susu mulai menurun. Takut bahwa ibunya akan melepaskan payudaranya
ketika aliran susu berhenti, dia mulai berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk menundanya.
Wawanpun memutar otaknya, bagaimana biar ia bisa terus menghisap payudara Bundanya, dengan lembut ia menjilati putingnya dan ia merasakan tubuh bundanya merespons menegang. Terkejut dengan reaksi bundanya, , ia berhenti mengisap terlalu kuat dan mulai menjilati putting bundanya dengan lidahnya. Susu yang mengalir keluar lama-lama semakin berkurang, tapi lidah wawan menjadi lebih intens menggelitik dan menggoda puting puting bundanya.
“Mmmmmm, Sayang…..,” bundanya mendesah ketika seluruh tubuhnya terasa rileks.
Ketika Wawan bermain dengan puting bundanya, dia merasa kaki bundanya di bawah kepalanya
perlahan-lahan membuka. Wawan menjadi tambah bersemangat, kemaluannya terasa tegang sekali di balink celananya nyaris meletus rasanay.
Wawan tidak lagi merasakan manisnya susu ibunya. Meskipun aliran susu telah benar-benar berhenti, bundanya tidak bergerak untuk menghentikannya. Dia pasti menikmati apa yang ia lakukan, pikirnya. Bundanya membiarkan dia bermain dengan puting susunya membuatnya tertegun
Wawan terus bermain dengan putingnya, ia mendengar bundanya mendesah lembut. Wawan pun semakin gencar memijat dan meremas payudara bundanya dengan tangannya.
Walaupun awalnya ia berpikir bahwa mengisap payudaranya dan minum
susu bundanya adalah hal yang paling mendebarkan yang pernah dilakukan, ini bahkan lebih
menggairahkan lagi. Dia benar-benar bermain dengan payudara bundanya yang indah dan ia tidak akan menghentikannya.
Kemudian tiba-tiba tangan bundanya jatuh dari bagian belakang sofa
turun ke perutnya. Dia tidak tahu apakah itu sengaja atau jika dia
sengaja melakukannya, tetapi sekarang tangannya hanya beberapa senti saja penisnya yang menegang.
Kemudian jantungnya hampir berhenti ketika ia merasakan tangan bundanya perlahan-laham menuju ke arah selangkangannya. Apakah bundanya secara sadar melakukannya atau apakah itu hanya refleks, dia tidak tau. Tapi dia tau yang pasti sebentar lagi penisnya mau meledak
Tiba-tiba telepon berdering. Bundanya tersentak kaget.
ÔÇØArghhhhhhhh,” ia agak berteriak di sekitar puting susu ibunya ketika
merasa penisnya meledak di dalam celana pendeknya.
“Oh, Baby, Bunda minta maaf,” bisik bundanya sambil menatapnya tersentak ketika ia berejakulasi, “Maafin bunda sayang.”
Wanwan tidak percaya bahwa hal itu terjadi. Dia tidak bisa menghentikannya.
Bundanya perlahan-lahan bangkit dari duduknya.
“Maafin bunda sayang, tapi bunda harus menjawab teleponnya, Mungkin itu Ayahmu” ia berkata pelan, menarik jubahnya tertutup dan berjalan ke telepon.
Wawan membenamkan kepalanya di bawah bantal. Bagaimana dia bisa klimaks tepat di depan bundanya.
Dia sangat malu, dia tidak akan pernah mampu menghadapinya lagi. Mencoba untuk mengubur aib-nya di bawah bantal-bantal di sofa, dia mendengarkan bundanya berbicara di telepon ketika dia merasa air mata malu mengalir di wajahnya.
Dia tidak bisa jelas mendengar apa yang bundanya katakan di atas gemuruh hujan yang mengalir turun di rumah. Kemudian, tiba-tiba, ia merasa lelah dan tidak mampu untuk membuka matanya. Dia tidak berusaha untuk melawannya dan dalam sekejap, ia tertidur.
Ruangan itu gelap ketika ia terbangun. Dia tidak bergerak selama beberapa saat ketika ia membiarkan matanya terbiasa dengan
gelapnya ruangan. Setelah beberapa saat, matanya dapat melihat dengan baik keadaan seisi ruangan. Kemudian ia melihat bundaya duduk, di kursi di sepan perapian. Dia seakan tidak percaya menyaksikan bundanya memijat dengan lembut payudaranya sementara ia meneguk segelas anggur. Bahkan meskipun ia telah klimaks sebelumnya hanya dalam waktu singkat, ia merasakan kejantanannya kembali hidup eketika.
Bundanya sepertinya tidak menyadari bahwa jubahnya telah terlepas dan, sehingga payudaranya yang bengkak benar-benar kelihatan. Matanya menikmati dalam-dalam keindahan tak tertandingi itu ketika ia melihat bundanya memainkan jari-jarinya pada putingnya. Penisnya pun menjadi keras seperti batu.
Lalu, ia melihat tangannya perlahan-lahan menyelinap turun dari payudara selangkangannya. Cara bundanya duduk menghalangi wawan melihat lebih jelas apa yang bundanya lakukan, tapi ketika kepalanya mendongak ke atas dan matanya tertutup, ia dapat membayangkan di mana tangannya itu. Dia sudah di ambang orgasme kedua ketika ia melihat ibunya bermain dengan tangannya
sendiri. Gerakan-nya menjadi lebih dan lebih bersemangat. Kakinya membuka semakin lebar terpisah dan dia mulai membuat
suara-suara mendesah kecil seperti sebelumnya. Napasnya memburu dan sementara tangannya bergerak lebih cepat dan lebih cepat.
Kemudian telepon berdering.
Ruangan itu gelap ketika ia terbangun. Dia tidak bergerak selama beberapa saat ketika ia membiarkan matanya terbiasa dengan
gelapnya ruangan. Setelah beberapa saat, matanya dapat melihat dengan baik keadaan seisi ruangan. Kemudian ia melihat bundaya duduk, di kursi di sepan perapian. Dia seakan tidak percaya menyaksikan bundanya memijat dengan lembut payudaranya sementara ia meneguk segelas anggur. Bahkan meskipun ia telah klimaks sebelumnya hanya dalam waktu singkat, ia merasakan kejantanannya kembali hidup eketika.
Bundanya sepertinya tidak menyadari bahwa jubahnya telah terlepas dan, sehingga payudaranya yang bengkak benar-benar kelihatan. Matanya menikmati dalam-dalam keindahan tak tertandingi itu ketika ia melihat bundanya memainkan jari-jarinya pada putingnya. Penisnya pun menjadi keras seperti batu.
Lalu, ia melihat tangannya perlahan-lahan menyelinap turun dari payudara selangkangannya. Cara bundanya duduk menghalangi wawan melihat lebih jelas apa yang bundanya lakukan, tapi ketika kepalanya mendongak ke atas dan matanya tertutup, ia dapat membayangkan di mana tangannya itu. Dia sudah di ambang orgasme kedua ketika ia melihat ibunya bermain dengan tangannya
sendiri. Gerakan-nya menjadi lebih dan lebih bersemangat. Kakinya membuka semakin lebar terpisah dan dia mulai membuat
suara-suara mendesah kecil seperti sebelumnya. Napasnya memburu dan sementara tangannya bergerak lebih cepat dan lebih cepat.
Kemudian telepon berdering.
Wawan memejamkan mata dan pura-pura tidur ketika ia melihat ibunya bangun dan berjalan menyeberangi ruangan. Dia bisa mendengar bundanya berbicara pelan kepada seseorang, tapi suara hujan membuatnya mustahil untuk mengetahui apa yang bundanya katakan. Setelah beberapa saat, ia mendengar bundanya penutup teleponnya. Bundanya kembali duduk di kursinya. Ketika membuka matanya, ia melihat bahwa bundanya telah membuka jubahnya lagi dan memijat payudaranya.
Perlahan-lahan, ia duduk.
ÔÇØTetek bunda sakit??” ia tanpa malu-malu bertanya tidak tahu di mana ia mendapat keberanian.
” apa, eh, apa tadi sayang?” Bundanya terbata-bata, berbalik ke arahnya.
Dia diam selama beberapa saat ketika ia membiarkan wawan melihat payudaranya. Dia tampak bingung dan pada awalnya tidak berusaha menutupi payudaranya.
“Tetek bunda sakit lagi?” ia tersipu saat menatap bundanya telanjang dada.
“Oh, Bunda minta maaf,” ia bergumam, perlahan menutup jubahnya dan menutupi payudara, “Bunda ngga bermaksud buat wawan malu.”
“Agak sakit sedikit sih,” bundanya tersenyum kembali kepadanya, “tapi ngga kayak sebelumnya.”
“Tetek bunda bagus banget,” katanya lemah, tidak tahu apa lagi yang harus lakukan atau katakan.
“ah yang benarÔÇØ? Ia berkata, kali ini tersipu-sipu malu,” Bunda pikir agak terlalu kendur. “
“Oh, Tidak, Bunda, tetek bunda indah sekali,” serunya, dengan jelas menunjukkan kegembiraannya.
“Yah, Terima kasih sayang,” ia tertawa pelan, sambil meminum anggurnya.
ÔÇØEh, Bunda mau wawan,,,itu…..nenn lagi……..biar ga sakit? “ia bergumam, malu bahwa ia telah mengatakan itu.
“Apa sayang?” ia bertanya dengan tatapan bingung di wajahnya.
“Ngga itu…” kata wawan, tersipu lagi.
Apa bundanya tahu bahwa ia telah klimaks sebelumnya, ia bertanya-tanya ketika bundanya duduk sambil tersenyum kembali
padanya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
“kamu mau makan wawan?” bundanya berkata kepadanya, “bunda nyiapin cemilan pas kamu tidur tadi “
“wah…kebetulan agak-agak laper nih bunda” katanya sambil bangkit dan pergi ke meja.
“Kau tidurnya nyenyak, banget, bunda nggak tega ngebanguninnnya, kamu capek banget kelihatannya “
Wawan ngga tau harus bilang apa untuk meresponnya, ia terus saja melahap makanan yang ada di meja. Rupanya dia lapar, tapi tidak menyadari itu karena emosi seksual telah menutupi semua perasaan lainnya.
Setelah menuangkan segelas anggur, ia berjalan kembali dan duduk di sofa. Bundanya mengatakan kepadanya bahwa mereka terjebak di pondok setidaknya sampai besok siang. Ayahnya telah berbicara dengan pihak berwenang dan menemukan bahwa penjaga taman nasional lokal memiliki unit jembatan darurat dan bahwa mereka bisa keluar dari situ segera setelah hujan berhenti.
Wawan melihat ke jam tangan nya, ia terkejut ÔÇ£sudah pukul sembilan malam rupanyaÔÇØ.
“Wah, sudah malam ya,” katanya sambil mengisi gelasnya.
“Yah, kamu tidur lumayan lama tadi” Bundanya tersenyum kembali kepadanya, perlahan-lahan menyesap minumannya.
Tak satu pun dari mereka berbicara selama beberapa saat. Wawan bangkit dan melangkah ke pintu Pondok, memandangi hujan yang turun lebat sekali.
“Wah, masih deras banget bunda,” ia berteriak kembali ke bundanya.
“ketahuan dari suaranya”sahut bundanya.
Menutup pintu, ia berjalan ke perapian dan menghangatkan tangannya. Dia ingin bertanya kepada ibunya apakah ia bisa menyusu lagi, tapi dia terlalu malu sehingga ia hanya berdiri di depan api menunggu untuk melakukan atau mengatakan sesuatu.
“Sayang, bunda mau tidur dulu ya” ia mendengar bundanya berkata setelah beberapa saat, “capek juga rasanya hari ini.”
“wawan juga mau tidur lagi kayaknya”
Kecewa bahwa bundanya tidak memintanya untuk menyusu lagi, ia berjalan ke kamar dan membuka pakaiannya. Pondok itu hangat jadi dia bisa tidur dengan telanjang seperti biasanya. Meringkuk di bawah selimut, ia membelai lembut penisnya yang bengkak ketika ia mendengarkan bundanya siap-siap untuk tidur di kamar sebelah..
Lalu tiba-tiba, bundanya menjulurkan kepalanya di sudut pintu. Wawan terkejut, ia tahu kalo bundanya sempet melihatnya dia membelai dirinya sendiri.
“Eh, Good Night, Baby,” katanya, “tidur yang nyenyak ya..ÔÇØ
“Lalu sebelum ia punya kesempatan untuk menanggapi, bundanya kembali menghilang dari pintu.
“Eh, Malam, Bunda,” ia berteriak.
Dia tidak mendapat jawaban, tetapi setelah beberapa menit, bundanya mematikan lampu di kamarnya, pondok menjadi gelap kecuali cahaya samar-samar dari api di ruang tamu.
Berbaring di tempat tidurnya, Wawan berpikir kembali atas peristiwa-peristiwa yang terjadi hari ini, ia perlahan-lahan
tertidur.
Tiba-tiba, ia terbangun. Sesuatu telah membangunkannya, tapi dia tidak tahu apa. perapian sudah hampir padam dan rumah itu gelap. Kemudian ia mendengar suara kayu log diletakkan diperapian. Ketika ia melihat, cahaya kemilau dari peraapian perlahan-lahan bertambah terang. Kemudian ia mendengar ibunya meletakkan kayu log lain di perapiani. Dia tidak bisa melihat perapian dari tempat tidurnya, tapi ia masih bisa melihat samar-samar cahaya itu. Menatap keluar pintu masuk ke ruang tamu, ia
terkejut melihat ibunya tiba-tiba muncul di depan pintu. Dia tahu bahwa terlalu gelap bagi bundanya untuk melihat matanya sehingga ia tidak harus berpura-pura tidur.
Ibunya berdiri di ambang pintu untuk waktu yang lama. Dia bertanya-tanya apa yang bundanya lakukan ketika ia berdiri menatap ke kamarnya. Meskipun cahaya api lemah, mata Wawan telah terbiasa dengan kegelapan dan ia bisa melihat bahwa bundaya mengenakan baju tidur yang sangat, sangat tipis. Bahkan dalam remang cahaya api, ia dapat dengan mudah melihat siluet tubuh indah bundanya ketika ia berdiri memandang ke kamarnya. Berbaring telentang dalam kegelapan dia tiba-tiba merasakan penisnya mengeras saat ia menatap garis tubuh bundanya.
Wawan bertanya-tanya dalam hati apa yang bundanya lakukan, dia terkejut ketika bundanya perlahan-lahan bergerak dan melangkah ke kamarnya. Dia tidak bisa percaya bahwa dia benar-benar datang ke tempat tidurnya.
Tiba-tiba aroma yang menawan dari parfum bundanya menyelimutinya, menyihir, saat bundanya duduk di tepi tempat tidurnya. Jantungnya hampir berhenti
Wawan menunggu untuk apa yang akan dilakukan bundanya selanjutnya. Kemudian ia merasa perlahan-lahan bundanya mengangkat selimut dan kemudahan berselimut di bawah selimut bersamanya. Bundanya kini berbaring di ranjang di samping dia. Dia pikir dia bakalan mendapat serangan jantung ketika ia tiba-tiba merasa tubuh hangat bundanya menekan tubuhya.
“Wan, kamu sudah bangun?,” Ia mendengar bisikan bundanya.
“Eh, ya,” gumamnya, mulutnya begitu kering, ia nyaris tidak bisa berbicara.
“kamu ngga keberatan kan kalo Bunda disini untuk sementara waktu?” tanya bundanya, sambil terus menekan tubuhnya ke tubuh wawan.
“Eh, ngga Bunda,” Wawan mengerang, merasakan, payudara besar bundanya menekan lengannya.
Dia tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit.
ÔÇØBaby, tetek bunda sakit lagi. Kamu mau netek sama bunda lagi ngga?” akhirnya bundanya berbisik.
“Oh, mau bunda,” dia terkejut saat ia merasakan bundanya mulai membuka baju tidurnya
“Thank You” kata bundanya.
Wawan berguling ke arahn bundanya , menghadap payudara bundanya yang bengkak. Seperti bayi yang kelaparan mencari makanan, ia mencari puting bundaya.
Segera ia menemukan puting bundanya yang bengkak dan keras.Lapar, ia mulai mengisap payudara bundanya. Sama seperti sebelumnya, hanya tetesan kecil susu mengalir dari
puting susu bundanya pada awalnya. Ketika ia mengisap lebih keras, ia merasakan peningkatan aliran dan segera ia mendapatkan mulutnya penuh dengan ASI bundanya. . Ketika ia mengisap tetek bundanya, ia menyadari bahwa penisnya yang berdenyut ditekan oelh kaki Bundanya yang beraas panas. Baju tidur bundanya pasti naik naik samapi pangkal paha karena tidak ada kain penghalang di antara kemaluannya dan kulit bundanya. Terbakar dengan nafsunya, wawan tidak bisa menahan diri lagi. Ia tahu bahwa bundanya pasti merasakan penis kerasnya menekan kaki bundanya, tapi bundanya tidak berusaha untuk menarik kakinya Menyadari hal itu, Wawan terus menekan penisnya yang bengkak ke kaki bundanya ketika ia mengisap dan membelai payudara bengkak bundanya.
“Oh, ya, Sayang, rasanya enak banget,” ia mendengar bundanya berbisik kepadanya. Dia tidak tahu apakah itu berarti kemaluannya yang menekan kaki bundanya atau cara dia mengisap payudaranya. Semuanya terjadi terlalu cepat bagi dia untuk memahami sepenuhnya. Ia kewalahan menahan hawa nafsunya. Dia berbaring di samping bundanya tersayang , mengisap payudaranya dan menggosok kemaluannya ke kaki bundanya. Rasanya seperti mimpi, tapi ia tahu ia tidak sedang bermimpi.
Perlahan-lahan aliran susu dari payudara bundanya berkurang ketika ia dengan lahap menyusu seperti orang kelaparan. sampai akhirnya aliran susunya berhenti sama sekali.
ÔÇØNyusu tetek bunda yang satu lagi, Sayang,” bundanya berseru, sambil tangannya menawarkan payudara yang satunya.
Untuk meraih payudara yang satunya, Wawan harus agak mengkangkangi bundanya. Sekarang dia berbaring dengan kaki bundanya di antara kakinya dan penis kerasnya menekan bundanya di paha. Lalu ia membungkuk dan cepat mengisap payudara bundanya yang satunya.
“Oh, Baby….” bundanya mengerang ketika dia mulai mengisap payudaranya yang satunya “Kamu membuat bunda keenakan”
Wawan tidak dapat mengendalikan diri lagi, ia mulai menusukkan penisnya yang keras ke tungkai bundanya dan menghisap puting bundanya lebih keras lagi. mulutnya yang besar, keras puting. Dia tahu bahwa
ia tidak bisa menahan perasaan penis tegangnya yang bergesekan langsung dengan kaki bundanya. Wawan merasakan bahwa ia akan segera ejakulasi, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi, ia tidak bisa berhenti menggesekan penisnya dikaki bundanya.
Sama seperti sebelumnya, aliran susu sangat lambat di awal, tapi tak lama kemudian segera mulutnya dipenuhi oleh ASI bundanya yang manis dan lembut.
Tangan menangkup sekeliling payudara budanya yang padat, ia meremas menjoba untuk merangsang bundanya, dan berharap agar lebih banyak lagi susu keluar dari payudara bundanya
“Oh, Baby,” gumam bundanya ketika ia menikmati payudaranya dihisap oleh anak laki-lakinya.
Meneguk dengan keras, ia mengisap dengan lahap susu dari payudara bundanya.
Dengan penuh kasih sayang Bundanya membelai rambut wawan, dan ia juga membelai wajah anaknya itu. Kemudian ia merasakan bahawa bundanya berusaha untuk membebaskan kakinya dari bawah kaki wawan. Kemudian, dalam sekejap, wawan kini berbaring diantara kaki indah bundanya.
“Oh, sayang,” bundanya mengerang pelan.
Wawan lalu lebih menggencarkan rangsangan pada payudara bundanya lalu perlahan-lahan, aliran susu dari peyudara bunadnya berkurang dan kemudian berhenti.
Takut untuk kehilangan kesempatan emas ini, Wawan terus menghisap dan menjilat payudara bundanya.
Ketika ia berbaring sekarang, perutnya menekan lembut, bulu kemaluan bundanya yang hanya dipisahkan oleh kain tipis celana dalam bundanya ia merasa dia bisa merasakan setiap bulu kemaluan bundanya menggelitik perutnya. Kemudian ia bisa merasakan bahwa vagina bundanya telah basah
Oh, baby … “Bundanya mengerang pelan.
Tenggelam dalam emosi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, perlahan-lahan, ia mulai
mencium naik dari payudaranya ke lehernya.
“Oh, Baby,” katanya bergairah, melengkungkan lehernya menempel di bibir anaknya.
Mengangkat tubuhnya, wawan dengan mantap naik mencium leher bundanya. Berhenti sejenak, dia menggigiti lembut leher bundanya yang lembut dan harum tepat di bawah dagu nya. Lalu bibirnya mendarat tepat ke atas bibir bundanya.
“Oh, Tuhan,” Wawan mengerang, ketika ia mencium bibir bundanya
Dengan bibir mereka yang bertaut bersama, tubuh mereka merapat erotis.
Dengan menggeliat-geliat gairah, Wawan tiba-tiba menyadari kepala penisnya yang besar mengeras, berada tepat menempel di pembukaan vagina bundanya yang telah basah, rupanya budanya telah melepas celana dalamnya. Kemudian ia merasakan, dengan sedikit desahan dari bundanya, bundanya memiringkan pinggul dan dengan lembut menekan panggulnya kearahnya.
Tiba-tiba, ia merasa tangan bundanya memegang erat pantatnya, dia merasakan kuku-kuku bundanya menekan pantatnya Tidak ingin menunda-nunda lagi, ia perlahan-lahan mendorong kepala kemaluannya pembukaan vagina bundanya yang basah.
“Arrggghhhhhhhhh,” ia mendengar ibunya terkesiap ketika bibir mereka akhirnya berbisah.
Terengah-engah, Wawan merasa bulir keringat bermunculan di dahinya. Dia bingung, haruskah ia berhenti? Ini begitu salah. Mereka akan melakukan dosa berat. Sebuah dosa yang begitu jahat dan keji, ia akan selamanya dicap sebagai bangs*t. Tapi, bahkan sementara pikirannya dalam kekacauan, ia tahu bahwa tidak mungkin untuk berhenti sekarang. Mereka telah berbuat terlalu jauh. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Tak terhindarkan mereka terjun ke kedalaman cinta yang paling terlarang.
Mencari bibirnya lagi, ia dengan bernafsu mencium bundanya. Ketika mereka berciuman, perlahan-lahan kemaluannya masuk jauh kedalam vagina bundanya yang hangat yang serasa mencengkram dengan lembut penisnya yang kini super tegang.
Dia pasti masuk neraka atas apa yang sedang dilakukan, tapi ia tidak bisa menghentikannya. Dia sedang meniduri ibunya.
Perasaan yang tak terlukiskan. Rasanya seperti menyodorkan kemaluannya ke dalam sarung dari sutra kelembutan yang penuh cinta, terkepal dan meremas. Luar biasa, vaginanya terasa lebih panas dan basah ketika ia masuk lebih dalam dan lebih dalam di dalam keintiman jiwanya. Dia menyerahkan dirinya untuk pengalaman yang paling indah seorang anak laki-laki mampu dapatkan. Sementara kenikmatan fisik itu tak tertandingi, fakta bahwa ibunya bersedia untuk menyerahkan tubuhnya kepadanya adalah yang paling penting baginya. Sementara ia ingin bercinta dengan bundanya selama mungkin. Sekarang orang yang sedang disetubuhinya bukan hanya ibunya, dia adalah pasangan jiwanya.
“Oh, Bunda,” ia terengah-engah, akhirnya bibir mereka berpisah kunci.
“Oh, Sayang…. My Baby,” Bundanya berteriak, pinggulnya menyambut hujaman penis anaknya di vaginanya.
Panis Wawan meluncur dengan mudah ke dalam kehangatan vagina bundanya, tempat dulu dia berasal…temapt dia dilahirkan. Rasanya seperti di surga, ia menikmati bercinta dengan bundanya, dia sedikit terkejut. Seharusnya dia merasa sedikit kotor dan
sesat. Dia seharusnya merasa bersalah, tetapi ia terkesima, betapa alami dan indah rasanya. Bercinta dengan wanita secantik bundanya itu tak tertandingi apa pun juga, ia tidak akan pernah bisa bercinta dengan perempuan lainnya.
Dikuasai oleh rasa nikmat mengalir dari kemaluannya, ia menarik penis besarnya yang berdenyut-denyut keluar sedikit dan kemudian mendorongnya kembali ke dalam vagima bundanya. Sensasi basah yang didapat dari daging hangat yang membungkus penisnya mengalir ke atas ke otaknya.
Bundanya pasti merasakan hal yang sama seperti dia dengan mendorong pinggul untuk menariknya lebih dalam vaginanya ke dalam vaginanya. Ketika dia masuk menghujani bundanya dengan vaginanya dia bisa merasakan payudara telanjang menekan dadanya. Dadanya basah dari susu yang masih keluar dari payudara bundanya.
Mendorong lebih jauh penisnya ke dalam bundanya, ia bisa merasakan kepala penisnya menumbuk mulut rahim bundanya. Mereka seperti dibuat untuk cocok satu sama lain dengan sempurna.
wawan membungkuk dan dengan cepat mencium bundanya lagi. Bundanya membalas ciuman, dan tak lama kemudian lidah mereka bermain didalam mulut. Ibu dan anak berpelukan dan berciuman dengan pinggul mereka menempel satu sama lain.
Gairah yang mengalir melalui tubuhnya dengan cepat berkembang dan terkumpul di pangkal penisnya.
“Bundh..aa!” ia mencoba memperingatkan bundanya, tapi sudah terlambat. Panisnya menyemprotkan cairan putih kental di dalam bundanya, mengirimkan semburan putih panas dan banyak ke vagina bundanya.
“Oh, bayi bunda …” Ibunya berdeguk, membungkus kakinya di sekelilingnya, dan mendorong pinggulnya ke arah dia.
” MY, Baby …” Bundanya menangis, suaranya melembut menjadi rengekan ketika tubuhnya kejang dan terus menggeliat.
Berulang-ulang, dia tersentak dan memuncratkan semburan demi semburan air manu yang kental dalam-dalam ke bundanya. Bagaikan surga ketika gelombang demi gelombang kenikmatan menerpa tubuhnya.
“Oh, My, God, I Love You, Bunda” dia tersentak ketika ia menyemburkan mani kental ke dalam bundanya lagi dan lagi.
Akhirnya, dia berhenti menembakkan maninya di dalam bundanya. Kelelahan, Wawan ambruk di atas bundanya.
Tak satu pun dari mereka berbicara saat mereka berbaring menempel satu sama lain selama beberapa saat. Lalu, seakan membaca pikiran masing-masing mereka mulai berciuman dengan penuh kasih sayang dan membelai satu sama lain.
Saat mereka saling membelai, Wawan terkejut bahwa kemaluannya, yang masih menancap didalam vagina bundanya tidak melunak sama sekali. Setelah beberapa saat, ia perlahan-lahan mulai mengerakkan kemaluannya masuk dan keluar dari vagina bundanya yang sangat becek. Pada awalnya mereka bersetubuh dengan lembut tak lama kemudian, tubuh mereka bergerak dalam irama yang panas dan erotik.
“Oh, Sayang , Bunda senang banget,” bundanya mengerang ketika anaknya menidurinya.
Bunda… Bunda… Bunda “Ia mendengar dirinya sendiri mengerang tanpa sadar ketika ia merasakan kepala penisnya mentok sampai mulut rahim bundanya. Hasrat terpendam mereka menguasai mereka dan tiba-tiba mereka seperti saling mencakar dan menggigit.
“entot bunda sayang, entot bunda,” ia mendengar ibunya mendengus setiap kali ia menghujaini dengan keras bundanya dengan penisnya.
Mereka bersetubuh dengan liarnya, suara persetubuhan mereka saat selangkangan mereka beradu bahkan terdengar walau deru hujan terdengar begitu derasnya.
Akhirnya, setelah dua puluh atau tiga puluh menit, Wawan merasakan ÔÇ£kantong kemenyannyaÔÇØ mulai menegang. Dia bisa merasakan dirinya mendekati klimaks yang hebat ketika bundanya menggeliat dan groveled di bawahnya, mendorongnya untuk menyetubuhi bundanya lebih keras dan keras lagi.
“Oh, Baby, bunda sebentar lagi mau sampai…….. !”, bundanya akhirnya menjerit dan tubuhnya pun menegang.
Wawan merasa vagina bundanya mencengkram erat penisnya, membuatnya tak bisa lagi menahan klimaknya.
“Argh…….,” Wawan berteriak berberangan dengan cahaya terang memenuhi ruangan dari kilat yang menyambar di luar pondok.
Lalu seluruh rumah bergetar saat suara guntur menggelegar mengikuti kilat.
Ia seperti tidak bisa berhenti mengalirkan maninya yang kental dan lengket di dalam vagina bundanya. Dia bisa merasakan air maninya mengalir keluar dari vagina bundanya.
Waktu serasa berhenti saat mereka mengerang dan mencengkran. Akhirnya gelombang kenikmatan itu berhenti dan mereka roboh dalam pelukan dan mereka pun segera jatuh tertidur.

Wawan terbangun dalam keadaan bingung dan lelah. Ia menguap, ia menggeliat dan bertanya-tanya mengapa ia merasa sangat pusing. Lalu ia merasakan jari-jari dingin rasa takut seakan merangkulnya ketika iamencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Ya ampun, rupanya ia baru saja menyetubuhi ibu kandungnya. Atau itu hanya mimpi liarnya saja???
Diliputi rasa panaik, ia mulai berkeringat. Ini pasti mimpi, pikirnya. Kemudian ia mencium bau parfum bundanya yang masih tercium di udara kamarnya.
Dengan cemas, dia mulai mencium sepreinya yang kusut, wangi parfumnya bahkan lebih kuat di seprainya itu. Bundanya pasti tadi malam ada di tempat tidurnya. Tapi apakah mereka memang telah bercinta seperti yang dia ingat?
Mungkin bundanya tadi malam menyusuinya, seperti sebelumnya. Mungkin itu dia. Dan ia hanya membayangkan kejadian selanjutnya.
Perlahan-lahan rincian kejadian tadi malam mulai terbentuk di ingatannya Kemudian, seakan untuk meyakinkan dirinya, ia merasa
kekeringan yang gatal akibat air mani yang telah mengering di selangkangannya ….Tampaknya kejadian itu bukan mimpi, itu memang benar-benar terjadi. DIA TELAH MENYETEBUHI BUNDANYA TADI MALAM.
Mengingat kejadian erotis tadi malam, penisnya pun menjadi kembali keras. Dia bercinta dengan bundanya tadi malam dan sekarang, ia menginginkannya lagi. Sekarang ia telah mencicipi buah terlarang, tidak ada jalan kembali, ia mendapatkan lebih banyak lagi.
Tapi bagaimana dengan bundanya? Dan di mana dia sekarang? Apakah bundanya pergi kembali ke kamarnya sendiri karena malu dan muak, dan berbaring di tempat tidurnya sambil membenci dia atas apa yang telah dilakukan anaknya pada dirinya?
Wawan begitu takut bahwa bundanya akan membencinya, ia harus tau apa yang bundanya rasakan saat ini.
Wawan melirik jam tangannya, sudah jam sembilan rupanya.
Ia pun lalu membelai peninya yang mengeras membengkak..berharap bundanya lah yang memegangnya bukan tangannya, dan ia pun turun ari tempat tidur.
Berjalan ke arah pintu, penisnya yang 18cm mencuat didepannya, besar juga penisnya pikirnya. Berhenti di ambang pintu, ia memandang keluar ke ruang tamu.
Dia melihat ibu berdiri di pintu depan, cahaya matahari yang terang masuk melewati pintu, akhirnya hujan berhenti juga pikirnya.
Tiba-tiba ia merasakan kekecewaan. Dia berharap hujan akan terus dan memberinya lebih banyak waktu sendirian dengan bundanya. Itu juga kalau bundanya tidak membencinya.
Tapi hujan sudah reda. Sekarang setiap saat menjadi lebih dan lebih berharga. Ketika ia menatap bundanya, sinar matahari yang masuk lewat pintu membuat ia bisa melihat kalau bundanya tidak mengenakan apa-apa di bawah gaun tipis itu. gaun yang sama yang ia kenakan tadi malam dan wawan dapat melihat jelas tubuh bundanya dibalik gaun itu, penisnyapun tambah mengeras.
Wawan tidak bisa bergerak selama beberapa menit. Dia takut untuk mencari tahu bagaimana perasaan bundanya terhadapnya. Tapi ia penasaran ingin tahu. Apakah bundanya akan membencinya atau, atau apa, wawan bertanya-tanya. Apakah bundanya sudah sadar..dan akan memaki-makinya pagi ini???
Wawan mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan bundanya. Apa bundanya pikir dia itu setan atas apa yang telah dia lakukan pada bundanya? Apa yang mereka lakukan memang salah. Tapi………..
Ia mencintai bundanya seperti anak mencintai ibunya sebelum tadi malam. Sekarang cinta nya telah berubah menjadi nafsu untuk memiliki tubuh bundanya. Hasrat itu begitu besar dan mendalam, hanya dengan memandangnya membuat hatinya sakit karena menahan keinginannya.
Ketika ia melihat ke bawah, penisnya tampak mengangguk angguk. Hanya dengan membayankan bundanya dapat membuat penisnya begitu keras.
Apa yang bundanya pikirkan tentangnya, wawan bertanya-tanya?
Mencoba untuk mengendalikan gairahnya, ia mencamkan diingatannya bahwa wanita inilah yang telah melahirkannya kedunia. Yang telah mengurusnya, merawatnya dan memberikan dia kasih sayang kita ia masih bayi….tapi sekarang dia telah menyetubuhi bundanya. Sekarang dia telah menjadi kekasih bundanya walaupun cuma untuk satu malam.
Wawan tahu apa yang ia rasakan terhadap bundanya adalah penyimpangan dari cinta, tapi itu yang ia rasakan sekarang. Dia tahu itu sakit bagi seorang anak untuk mencintai bundanya seperti itu, tapi ia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya. Dia menjadi seperti seorang tahanan dari hawa nafsunya sendiri.
Dia harus tahu bagaimana perasaan bundanya kepadanya. Apa yang bundanya pikirkan sekarang setelah semalam mereka bercinta. Ia tidak bisa menundanya lebih lama lagi. Dia harus tahu SEKARANG!
Wawan lalu menuju ke seberang ruangan setenang mungkin, ia menyelinap di belakang bundanya dan melingkarkan tanganya di pinggang bundanya…memeluknya dari belakang.
“Apa, eh…. oh….” bundanya menggumam sambil melingkarkan tangannya diatas tangan anaknya.
“Selamat pagi, bunda,” sapa wawan. “Bagaimana perasaan bunda hari ini?” Bundanya tidak menjawab.
Jantugnya kini berdegup kencang. Wawan takut untuk bergerak lebih lanjut saat bundanya tampak mengabaikan kehadirannya selama beberapa saat. Jadi bundanya benar-benar membencinya, pikirnya.
“yah begitulah wan” akhirnya dia menghela napas, santai sedikit dan bersandar padanya.
ÔÇØBunda marah sama wawan?” ia bertanya pada bundanya, dan dengan lembut memeluknya lebih erat.
Sekali lagi, perlu waktu beberapa saat bagi bundanya untuk menjawab.
“Nggak, Sayang, bunda ngga marah sama kamu,” dia bergumam, “Bunda marah sama diri bunda sendiri.”
“Kenapa?” wawan bertanya polos.
“Oh, Sayang,” bundanya berkata pelan, “Bunda seharusnya ngga datang ke kamar kamu semalam. Semuanya salah. “
“Tapi, Bunda,” katanya bersemangat, “tadi malam indah sekali. yang terbaik yang pernah terjadi sama wawan..”
“ngga, sayang, yang semalah itu salah,” bundanya menangis. “Kita ngga boleh melakukan apa yang kita lakukan semalam. “
“Bunda, bagaimana mungkin itu salah?” ia berpendapat, berharap bisa entah bagaimana bisa membuat bundanya merasa seperti .
“Wawan, kita udah berbuat inces. Yang kita lakuin benar-benar salah,” bundanya bergumam.
“bunda, itu ngga seburuk yang bunda pikir,” dia mengerang, berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan tidak terlalu buruk.
“Sayang, apa kamu tidak tau apa yang sudah kita lakukan?”
“Apa bunda? Itu kan cinta yang indah sekali ? Bagaimana bisa salah?” dia mengerang.
“Tapi yang kita lakuin salah sayang..dan harus diakhiri sekarang juga” bundanya terisak.
“maksud bunda?” wawan mengerang.
“Apa pun yang kita lakukan. Apapun perasaan kita. Apa yang kita lakuin semalam tidak dapat dibiarkan lagi. Itu benar-benar salah. “
“Kenapa?” ia bertanya, perlahan-lahan membawa tangannya hingga ke payudara bundanya yang besar dan meremasnya dengan penuh cinta.
“Oh, jangan, sayang……, tolong …. kita boleh begini,” bundanya menangis, “Ini ngga benar sayang……kita ngga boleh….. “
“Tapi, bunda, wawan sangat mencintai bunda,” wawan menangis, berjuang untuk mempertahankan tangannya menangkup lembut di payudara. bundanya
Dia bisa merasakan bundanya bergetar saat bundanya didera oleh isak tangis. Wawan berharap dia bisa melakukan apa saja untuk meringankan rasa sakitnya, ia masih tidak bisa menggerakkan tangannya dari payudaranya yang besar dan indah.
“Bunda, orang lain ngga usah tau, cuma wawan dama bunda” katanya, masih berusaha merasionalisasi cinta mereka adalah hal yang alami dan benar.
Dia akan melakukan apa pun untuk membawa bundanya ke tempat tidur sekali lagi.
Entah bagaimana, ia harus membuat bundanya mengerti betapa ia membutuhkannya.
Kemudian ia merasakan sesuatu yang basah di tangannya dan menyadari bahwa payudaranya sudah mulai bocor lagi. Hanya dengan memikirkan payudara bundanya yang besar dan ASInya yang putih dan lezat, membuat penisnya kembali berdiri.
“Ini salah” kata bundanya, mencoba berhenti menangis. “Sangat, sangat salah untuk ibu dan anak bercinta. Apa kamu ngga kau tahu itu. Ini incest. Ini dosa besar. “
“Tapi, bunda, ini terlalu indah untuk menjadi sebuah dosa.”
“Oh,… wawan, anak bunda tersayang,” katanya bersemangat, “apa kamu ngga bisa ? Apa kamu ngga tahu betapa berharap kita bisa melakukannya lagi. Tapi kita ngga bisa terus berpura-pura bahwa hal itu ngga salah.
kita harus menghentikannya sebelum nanti benar-benar keluar kontrol dan mengacaukan semuanya. ÔÇ£
“Tolong, bunda,” wawan memohon, memeluk bundanya lebih erat.
“Oh ….sayang, tolong berhenti menggoda bunda. Kita tidak bisa, sayang….. kita akan menyesal seumur hidup nanti. “
“Tapi, bunda, Kita sudah melakukannya sekali. Apa bedanya kalo kita melakukannya sekali lagi? “
“Sayang….., berhentilah menyiksa bunda.”
ÔÇØapa kita ngga bisa melakukannya sekali lagi bunda? Please………?”
“ya Tuhan, Wawan…tolong hentikan, Sayang.”
“bunda, ngga ada seorangpun yang akan tau. Hanya bunda dan wawan Hanya satu kali lagi, tolong bunda, “bisiknya, merasakan perlawanan bundanya mulai runtuh.
ÔÇØOh, sayang, ini salah,” bundanya bergumam.
Lalu, seolah-olah bundanya akhirnya menyerah, ia merasakan perlahan perlawanan bundanya melemah.
Tak satu pun dari mereka bergerak untuk beberapa saat. Mereka hanya berdiri di sana. Lalu bundanya berbalik perlahan. Kemudian, menghadap ke arahnya, bundanya memandang ke matanya dengan gairah, ia merasakan hatinya mulai mencair.
Menatap kembali ke matanya, Wawan terkejut melihat betapa tampak lelah bundanya. Dia bisa melihat keriput di sekitar mata dan bibir yang belum pernah ia perhatikan sebelumnya. Bahkan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Ia belum pernah melihat penampilannya yang begitu lelah. Namun, walaupun tampak lelah dan kuyu dan bahkan tanpa make up, bundanya masih terlihat sangat cantik.
Ketika ia melihat ke mata bundanya yang bulat dan cokelat, dia seoalah mendapati dirinya perlahan-lahan terisap turun ke dalam, pusaran air yang berputar. Dia bisa merasakan cinta untuk dirinya mengalir keluar ke kedalaman tanpa dasar jiwanya ketika mata mereka terkunci bersama. Kemudian saat ia menatap tajam ke matanya, bundanya perlahan mengangkat
tangannya, kedua tangannya menempel di pipi.
“Jika kita melakukannya sekali lagi,” katanya lembut, tapi tegas, “apa kamu mau bersumpah sama bunda kalo kamu tidak akan pernah meminta lagi? Bersumpah bahwa kita tidak akan pernah lagi melakukan hal bejat yang akan kita lakukan lagi. Bersumpah bahwa apa yang kita ciptakan disini, akan mati di sini, di pondok ini dan tidak pernah akan lahir kembali lagi? “
“Oh Tuhan, Ya, bunda, Wawan bersumpah,” wawan berbohong, ia akan melakukan apa pun untuk bercinta dengan bundanya sekali lagi.
“Sumpah?” ia bertanya lagi, matanya berusaha mencari kebenaran di mata anaknya.
“Wawan bersumpah, bunda,” dia berdeguk, kemaluannya memantul ke atas dan ke bawah kegirangan.
“Ini sangat salah,” kata bundanya bersemangat, “Tapi bunda juga menginginkannya. ini harus yang
terakhir kali. “
“Ya, bunda,” dia mengerang, memeluknya dan menggenggam bundanya dengan kasar.
tapi tiba-tiba bundanya sedikit mendorongnya kembali untuk sesaat.
“tadi ayah telepon bahwa dia dan tim SAR akan mencoba untuk menyelamatkan kita sekitar pukul empat sore ini, “kata bundanya, terengah-engah.” Kita Cuma punya waktu samapai jam segitu”
“Oh, Tuhan, bunda,” wawan mengerang, dan merangkul bundanya kuat ke dalam pelukannya.
Dengan agak tTerhuyung-huyung sedikit, ia cepat-cepat membopong bundanya melintasi ruang tamu.
Dengan memeluk lehernya, bundanya menjilati telinganya ketika dia dibawa kembali ke tempat tidurnya.
Wawan dengan lembut menurunkan bundanya ke tempat tidur dan berdiri menatapnya untuk beberapa saat.
“ada yang salah?” bundanya bertanya, bertanya-tanya mengapa dia berhenti, “ada yang salah sayang? “
“ngga bunda” ia meringis, “wawan Cuma berpikir betapa indahnya bunda.”
“ah, konyol kamu deh….,” dia tersenyum simpul, sedikit merona.
Wawan cepat membungkuk dan membuka semua yang dipakai bundanya, mengungkapkan tubuh telanjang bundanya. Ia tidak pernah benar-benar melihatnya telanjang bulat sebelumnya dan itu benar-benar membuatnya terkagum-kagum. Bunda memang cantik.
Semua nya tampak indah sekali dimatanya. Matanya Menyapu turun ke tubuh bundanya, ia melihat bahwa susu masih merembes di payudara besarnya yang putih. Kagum dengan ukuran dan lingkar payudara yang indah, ia merasa kemaluannya menjadi tegang sekali ketika ia melihat bahwa payudaranya masih penuh dengan susu. Tetapi walaupun indah dan penuh dengan susu buah dadanya, perhatiannya kini tertuju pada bulu lembut yang penuh misteri di bawah perutnya. Tempat dimana ia berasal. Ke dalam tempat rahasia yang gelap yang begitu dilarang.
Matanya nanar menatapnya, ia bisa melihat lekukan dari tempat yang paling suci dari tempat-tempat suci. Ia harus melihat dari dekat gua dari daging yang dulu sekali telah menjadi rumahnya. Tempat yang dulu mampu menahan seluruh tubuhnya di dalamnya yang begitu hangat, dan penuh perlindungan, sekarang hanya bisa muat menampung penisnya yang besar.
Sambil berlutut, Wawan dengan agak ragu-ragu mengulurkan tangan dan dengan lembut melabarkan kedua kaki ibunya yang panjang. Sepertinya dia tampak sempurna bentuknya, ia mengamati rahasia tersembunyi dari inti cintanya yang kelihatan basah membuka. Dia merasakan kemaluannya semakin menegang ketika ia mengagumi gua rahasia ibunya yang indah.
“Oh, Tuhan,” bisiknya melihat bibir vagina bundanya yang merekah basah terbuka mengungkapkan bagian dalamnya yang berwarna merah jambu.
Dia tidak bisa menahan diri. Dia membungkuk, mengarahkan wajahnya ke vagina bundanya yang basah. Bau harum bagaikan kesturi dari kewanitaan bundanya sangatlah memabukkan dan menggodanya untuk menikmatinya.
“Oh, Ya, Baby,” gumamnya ketika ia mulai menjilati vagina bundanya.
Wawan menyapukan lidahnya di sekeliling pembukaan vagina bundanya.
“Oh, Baby,” gumam bundanya dan menekan wajahnya vaginanya yang basah, wawan pun cepat-cepat mencari clitorisnya.
Punggung bundanya melengkung ketika ia menyapu klitoris bundanya dengan lidahnya dan menghisapnya.
Dia bisa merasakan otot-otot paha bundanya menegang dan mengeras saat dia mengisap clitorisnya.
Dia bisa merasakan bahwa bundanya sebentar lagi akan orgasme, ia menyapukan lidahnya lebih cepat lagi. Kemudian saat bundanya menggeliat di bawah serangannya, dia menggigit pelan klitoris bundanya dengan giginya. Mengisap clit yang menonjol diantara giginya.
“Oh, Tuhan, argh………” ia mendengar desahan bundanya ketika seluruh tubuhnya mulai gemetar dan menggeliat.
Ketika bundanya mencapai klimaks, Wawan menyaksikan dengan takjub ketika dua aliran kecil susu mulai menyembur dari putingnya yang keras menonjol.
Dia seakan tidak percaya bahwa ia baru saja menilati vagina bundanya dan mengamati payudaranya menyemburkan susu ke atas. Sementara itu mulutnya terus menempel pada vagina bundanya yang menyentak-nyentak saat bundanya mengalami orgasmenya.
Dia terus mengisap dan menggigit clitorisnya selama satu menit penuh sampai akhirnya otot-ototnya rileks dan menjatuhkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.
Dengan Lembut bibirnya melepaskan klitoris bundanya, dan dengan penuh cinta mencium bibir vaginya selama beberapa saat.
Akhirnya, ia berhenti dan merangkak dan berbaring disamping bundanya, dengan lembut ia mengangkat kakinya, melekukan tubuhnya dibelakang tubuh bundanya, dan menyelipkan penisnya yang besar, vagina bundanya yang basah dan hangat.
“OH, ……,” ia mendengar bundanya mendesah saat ia perlahan-lahan menyelipkan penisnya yang besar dan berdenyut-denyut
kedalam vagina bundanya”entot bunda sayang.”
Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menjaganya dari segera klimaks saat ia mengeluar masukan penisnya, vagina bundanya serasa meremas penisnya. Mulutnya pun mengarah ke payudara bundanya dan mulai mengisap susunya.
Dengan lahap ia mengisap dan menarik-narik putingnya, mulutnya pun dengan cepat dipenuhi susunya yang manis..
Tiba-tiba, ia merasa dirinya cemburu pada adiknya, Marie. Marie dapat semua susu ibunya kapanpun dia inginkan.
Dengan lahap ia menelan seteguk air susunya, ia terus mengisap sampai aliran ASI melambat dan berhenti.
ia membiarkan puting susu bundanya menyelinap keluar dari mulutnya dan memberikan payudaranya satu ciuman terakhir. Melepaskan bundanya dari dekapannya iapun mencabut penisnya dari vagina bundanya dan dengan lembut merendahkan kembali kakinya ke tempat tidur.
“Oh, Baby, jangan dicabut” bundanya memohon, meraih dia, “masukin lagi kememek bunda, Please. “
Wawan pun memenuhi permintaan bundanya, ia lalu memposisikan dirinya diantara kaki bundanya. Ia pun kembali memasikan penisnya ke vagina bundanya.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Labels

Adik ipar adult Apotek Penjual Cytotec Di Semarang Barat Belia berhubungan badan Bokep cara membuat anak Cerita Cerita Dewasa Cytotec Di Batam Daun Muda Download Bokep Untuk HP Terbaru Film Film Baru 2016 Film Dewasa Film Semi Guru hardcore Hot Info hubungan pribadi janda jual klg pills Jual Obat Aborsi Batam Jual Obat Aborsi Cod Jakarta Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Malang Jual Obat Aborsi Cytotec Di Denpasar Jual Obat Aborsi Cytotec Di Makasar jual obat aborsi cytotec jepara Jual Obat Aborsi Cytotec Surabaya Jual Obat Aborsi Denpasar Jual Obat Aborsi Denpasar Bali Jual Obat Aborsi Di Batam Jual Obat Aborsi Di Jakarta jual obat aborsi di jepara Jual Obat Aborsi Di Jombang Jual Obat Aborsi Di Makasar Jual Obat ABorsi Di Malang Jawa Timur Jual Obat Aborsi Jakarta Jual obat aborsi jepara Jual Obat Aborsi Jombang Jual Obat Aborsi Lamongan Jual Obat Aborsi Lamongan Jawa Timur Jual Obat Aborsi Makasar Jual Obat Aborsi Malang Jual Obat Aborsi Semarang Jual Obat Aborsi Surabaya jual obat bius hirup jual obat bius semprot jual obat bius serbuk Jual Obat Cytotec Lamongan jual obat pembesar klg klg herbal klg pills Lainnya love Mahasiswi malam pertama mengandung mesum 2017 ngentot mama Obat Aborsi Asli Batam Obat Aborsi Cytotec Jombang Obat Aborsi Cytotec Semarang Obat Aborsi Cytotec Surabaya Obat Aborsi Denpasar Bali Obat Aborsi Di Kota Batam Obat Aborsi Jombang obat bius obat bius bekap obat bius chloroform obat bius pingsan obat bius spray obat bius wanita Obat Cytotec Di Jombang obat klg Obat Perangsang Obat Telat Bulan Semarang Obat Tidur obat tidur murah pembesar penis klg Pemerkosaan Perawan Perselingkuhan Pesta Sexs relationships Sedarah Setengah Baya sex Sex Sekolah sex smp Tante Teman tetangga Threesome Toko Obat Cytotec Di Jakarta

sponsor

sponsor

Banner

Labels

Popular Post

Labels

Arsip Blog

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.